WISATA ARUNG JERAM DI KALI BADENG SONGGON

Wisata tubing di Kali Badeng, Kecamatan Songgon, Banyuwangi.

Anda penyuka petualangan di alam bebas, khususnya arum jeram, pantas mencoba olahraga air yang cukup menantang ini. Lokasinya di desa Sumber Bulu, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Di sini terdapat sebuah sungai berarus deras yang dikenal sebagai Kali Badeng. Di sungai yang mengalir dari kaki Gunung Raung ini terdapat  bebatuan mulai dari yang  besar hingga kecil, yang bisa dimanfaatkan untuk olahraga arung jeram dengan menggunakan ban, atau yang lebih dikenal dengan Tubing alias Body Rafting.

Perbedaan antara tubing dengan arung jeram atau rafting pada umumnya terletak pada peralatan yang digunakan. Pada olahraga arung jeram, perahu karet dan dayung adalah peralatan mutlak yang harus digunakan. Sedangkan pada tubing, peralatan yang digunakan adalah ban bagian dalam truk FUSO yang dimodifikasi. Di tengah-tengahnya dilengkapi dengan tali pengaman untuk pegangan dan dudukan untuk pantat.

Di bagian siku dan lutut juga dilengkapi pengaman (decker) seperti pada olahraga roller blade/ in line skate. Yang tidak jauh berbeda dengan arung jeram adalah pada helm dan pelampung yang digunakan. Pada arung jeram, satu perahu bisa diisi 6 orang, sedang pada tubing, satu orang satu ban.

Tempat wisata ini dikelola oleh X-Badeng Tubing Adventure Team. Menurut Yusuf Sugiono, pengelola X-Badeng Tubing Advanture Team, ide olah raga air tubing di desanya dimotori oleh sekumpulan anak-anak muda yang ada di desa Sumber Bulu di bawah naungan badan usaha milik desa.

"Awalnya kami anak-anak muda di Desa Sumber Bulu berpikir bagaimana memanfaatkan potensi alam yang ada di desa kami dan membangun kampung halaman termasuk melestarikan alam yang ada. Nah akhirnya awal Maret 2011 kami merintis tubing di Kali Badeng dan pada bulan Oktober 2011 rintisan tubing dibuka pertama kali untuk umum," tuturnya.

"Awalnya kami hanya memiliki 4 buah ban yang digunakan untuk tubing, dan sekarang sudah bertambah lebih dari 40 ban lengkap dengan pelindung kaki dan tangan serta crew sebanyak 30 orang yang terdiri dari pemuda-pemuda di desa," kata Yusuf.

Tiga bulan pertama, Yusuf mengaku kegiatan yang menantang ini mulai diminati oleh pengunjung mulai dari masyarakat biasa, organisasi kepemudaan, anak-anak sekolah, wartawan hingga dinas-dinas di bawah jajaran pemkab.

Menurut Yusuf, para tamu biasanya datang pada akhir pekan dan secara rombongan. "Minimal 10 orang, tapi kalau pengunjung yang datang kurang dari 10 maka biasanya kami gabung dengan pengunjung yang lain. Setiap rombongan akan didampingi sekitar 6 sampai 10 guide. Usia termuda peserta tubing 7 tahun. Jika di bawah itu tidak disarankan untuk ikut," jelasnya.

Ada beberapa jenis paket atau trip yang ditawarkan untuk pengunjung. Trip pertama adalah trip yang relatif lebih pendek, yaitu Paket Extreme 3 yang berjarak 1,5 km. Dimulai dari Kalimati – Dam Siran,  dengan waktu tempuh 1-1,5 jam.

Bagi yang ingin tantangan yang lebih seru, bisa mencoba trip dengan jalur extreme 2, Air Terjun Sempol – Dam Siran, yang panjangnya mencapai 4 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 2-3 jam.
Kalau trip kedua ini masih belum memuaskan, Anda bisa mengambil trips ketiga, Extreme 1, dengan jalur sepanjang 7 kilometer dengan waktu tempat sekitar 4-6 jam.

"Harga yag dipatok sekitar Rp 40 ribu hingga Rp 100 ribu sesuai dengan jalur yang dipilih. Nah, yang terbanyak pengunjung memilih jalur ekstreme 2. Ada sekitar 10 titik jeram yang akan dilewati jika memilih jalur ekstreme 2. Menantang, tinggi, panjang dan deras," ujar Yusuf.

Jika Anda tertarik mencoba wisata petualangan ini, siapkan stamina Anda, karena perjalanan menyusuri sungai Kali Bedeng ini penuh tantangan dengan arusnya yang deras dan airnya yang dingin yang cukup menyita stamina Anda. Namun Anda akan merasakan pengalaman yang tak terlupakan. Selain sensasi terombang-ambing dan terjatuh saat melintasi jeram, pemandangan yang masih alami dengan hamparan hutan pinus yang hijau serta udara yang sejuk membuat perjalanan menjadi sangat menyenangkan.

Persiapan awal. Semua peserta tubing memasang perlengkapan keamanan.
Dari pos kantor X-Bedeng perjalanan menuju start arung jeram menggunakan mobil pick up. 

Tiba di tempat start, dilakukan briefing serta pengenalan medan. Selanjutnya dilakukan pemanasan dengan olahraga ringan dan berdoa. Lalu setiap peserta akan mengambil ban satu per satu. Saatnya petualangan tubing dimulai... Satu-persatu peserta menceburkan diri ke sungai Badeng dengan tubingnya..... dan meluncur dalam derasnya arus air sungai.

Di sini setiap peserta dituntut ketangkasan dan ketenangan dalam mengendalikan laju tubing masing-masing, bukan dalam sebuah tim layaknya arung jeram yang menggunakan perahu karet dengan banyak orang di dalamnya. Dibutuhkan kemampuan menjaga keseimbangan tubing agar tidak jatuh ke sungai dan lepas dari tubing. Meskipun kedalaman air rata-rata hanya sekitar 50 cm namun kontur arusnya sangat deras dan banyak jeram-jeram yang akan memacu adrenalin kita. Maka momen-momen terjatuh ke sungai pun menjadi pengalaman yang mengasyikkan dan membuat ketagihan.





Nggak jatuh, nggak asyik.

SENSASI DAM SIRAN
Salah satu sensasi dari perjalanan tubing ini adalah saat peserta mencapai sebuah dam yang mempunyai ketinggian sekitar 2 meter. Bergantian setiap peserta akan merasakan sensasi saat meluncur dari atas Dam dengan tubing masing-masing. Berbagai ekspresi pun bermunculan!

Dam Siran, salah satu sensasi tubing di Kali Badeng.







RUTE MENUJU WISATA X-BADENG

Petunjuk menuju lokasi.
Akses menuju tempat wisata X-Badeng ini mudah dijangkau. Untuk menuju tempat ini, bisa dengan menggunakan kendaraan pribadi motor atau mobil. Jika dengan kendaraan umum dan anda dari arah Banyuwangi Kota, maka anda harus naik angkot dari pertigaan kantor pos rogojampi untuk menuju ke Songgon, kemudian turun pasar songgon dan selanjutnya bisa naik ojek.  

Jika anda dari Kecamatan Genteng, lurus ke utara hingga berhenti di pertigaan pasar Gendoh, lalu belok ketimur melewati lokasi wisata gumuk klasi, lurus hingga ada papan petunjuk, belok kekiri. Kemudian lurus hingga pertigaan tugu, belok kanan dan lurus hingga ada pos pusat informasi X-Badeng adventure. Nah itu merupakan pos kita daftar dan memakai peralatan pengamanan. Tentu saja Anda bisa memanfaatkan informasi dari penduduk sekitar agar tidak tersesat!




MENCICIPI LEZATNYA SOTO LIDAH PAK SALIM

Soto lidah sapi Pak Salim, Banyuwangi.
Wisata Banyuwangi Anda mungkin sudah bosan dengan menu soto yang ditawarkan oleh penjual makanan seperti Soto Ayam, Soto Daging atau Soto Babat. Kalau begitu Anda bisa mencoba menu soto yang satu ini. Silakan datang ke warung Soto Lidah Pak Salim yang terletak di jalan Ahmad Yani atau tepat di tengah kota Banyuwangi. Dijamin Anda akan merasakan soto dengan sensasi rasa yang berbeda!.


Rasanya dijamin maknyus. Lidah sapi yang menjadi bahan utamanya, terasa lembut berpadu dengan cita rasanya yang khas ketika dimasak bersama rempah-rempah pilihan. Tak heran jika setiap harinya warung ini menghabiskan minimal 10 kilogram lidah sapi segar.

Menurut Robby (31), warung yang didirikannya merupakan generasi ketiga. "Nama warung Pak Salim diambil dari nama kakek saya. Dulunya kakek dan ayah saya juga penjual soto tapi ya itu tadi hanya soto ayam, soto daging dan soto babat," katanya.

Proses pembuatannya tentu saja berbeda dengan daging. Awalnya lidah sapi yang sudah dicuci bersih direbus kurang dari 25 menit. Setelah itu bagian kasar dari lidah dibuang, sehingga hanya bagian lembutnya saja yang tersisa.

Setelah perebusan kedua dengan bumbu, lidah akan segera diangkat dan ditempatkan di wadah sendiri. Bumbu yang disiapkan sama seperti soto kebanyakan seperti kunyit, bawang merah, bawang putih, kemiri, jahe, ketumbar, lada, laos, serai dan daun jeruk.

"Yang membedakannya ya berapa banyak penggunaan bahan dan komposisi pencampuran bumbu. Itu yang membuat rasa soto keluarga kami tidak berubah selama bertahun-tahun," jelas Robby.

Kuah soto juga terlihat lebih pekat, kental dan kaya bumbu tidak bening seperti soto kebanyakan. Aromanya juga akan langsung membuat perut Anda keroncongan. Saat ada yang memesan, barulah lidah dipotong-potong dan disajikan dengan kuah yang panas, kental dan segar. "Kalau ada pembeli yang mau nambah koya atau kol kami persilakan," katanya.

Biasanya para pembeli akan memenuhi Warung Pak Salim pada saat jam makan. "Ya seperti saat ini. Semua kursi penuh kalau makan siang," katanya sambil menunjukkan kursi warungnya yang penuh.
Robby menjelaskan, warungnya juga menyediakan berbagai macam isian soto mulai dari ayam, daging, babat, dan paru. "Tapi tetap lidah juaranya," katanya.

Menurut Sumarsono, salah satu pelanggan warung Pak Salim, dirinya sengaja memesan soto lidah, soalnya jarang ada yang jual. "Selain itu juga lembut kalau digigit. Beda sekali sama daging untuk teksturnya. Mau makannya siang atau malam, buat saya soto ini bisa dinikmati setiap saat," tuturnya.

Apalagi, menurut bapak satu anak ini, soto tersebut akan semakin nikmat jika ditambahkan perasan jeruk, koya dan juga sambal. "Mantap deh," katanya sambil menyeruput kuah soto yang terlihat kental.
Untuk Anda yang ingin menikmati sensasi soto lidah ini, tidak perlu mengeluarkan uang banyak. Harga satu mangkok soto lidah sebesar Rp 12.000. Soto lidah yang sanggup menggoyang lidah Anda.


PANTAI TRIANGGULASI BANYUWANGI

Pantai Trianggulasi di Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.


Pantai Trianggulasi - Namanya memang kalah populer dengan Pantai Plengkung, meskipun letaknya hanya berjarak sekitar 2 km saja. Pantai Trianggulasi masih berada dalam wilayah Taman Nasional Alas Purwo. . Lokasinya berada di Desa Tegaldlimo, jaraknya sekitar 76 km dari kota Banyuwangi. Dari pos Rowo Bendo, jaraknya hanya sekitar 3km ke arah tenggara.

Nama Trianggulasi diambil dari sebuah Tugu Trianggulasi, yaitu tugu penanda titik ikat
dalam pengukuran dan pemetaan yang terletak ± 500 dari utara pantai  Masyarakat setempat sering menyebutnya Pantai Tanggul Asri, karena susah menyebut Trianggulasi.

Pantai Trianggulasi memiliki garis pantai yang landai, hamparan pasir putih yang cukup luas dengan formasi hutan pantai yang didominasi oleh pohon bogem dan nyamplung. Sekilas karakteristik pantainya mirip dengan Pantai Ngagelan. Hutan pantai yang terdapat di Trianggulasi ini cukup lebat sehingga memungkinkan beberapa jenis serangga, burung serta hewan mamalia lain untuk hidup di tempat ini.


Deburan ombak di pantai Trianggulasi terlihat cukup tinggi, dengan topografi pantai yang memanjang, ombak ini terlihat mempesona, dan bisa dimanfaatkan untuk surfing. Namun, pihak pengelola Taman Nasional Alas Purwo sengaja tidak mengijinkan peselancar, karena ombaknya masih dianggap berbahaya. Hal ini ditandai dengan larangan melakukan aktivitas apapun di laut termasuk berselancar ataupun berenang. 

Lokasi ini cukup cocok untuk kegiatan wisata bahari, berkemah, maupun menyaksikan matahari tenggelam (sunset).

Keindahan Pantai Trianggulasi.

Pantai Trianggulasi, Taman Nasional Alas Purwo.

Pantai Trianggulasi di kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.

Menengok ke sekitar pantai, ada banyak monyet yang seolah menyambut kedatangan setiap wisatawan yang datang. Tak perlu takut. Meski mendekati turis untuk meminta makanan, primata ini jinak dan tak akan menyerang. Mereka hanya datang mendekat seolah meminta makan

Monyet-monyet di Pantai Trianggulasi.
Jika beruntung Anda akan menjumpai rusa yang sedang berjalan di sekitar pantai.

Di Pantai Trianggulasi juga menyediakan wisma tamu dan pesanggrahan yang dapat digunakan wisatawan sebelum melanjutkan penjelajahan ke obyek-obyek wisata berikutnya.
Tarifnya semalam hanya Rp 75.000,-/Kamar dan untuk keluarga juga disediakan satu rumah Rp 150.000,- / malam (berisi 4 kamar). Dan Anda juga bisa menikmati makanan tradisional berupa kudapan ala Alas Purwo dengan memesan di pengelola guest house. Pemandangan sunset di pantai ini juga cukup memukau. 

Resort pantai Trianggulasi
Resort Pantai Trianggulasi
Setelah Anda beristirahat, perjalanan dapat dilanjutkan menuju Pantai Ngagelan, yang berjarak sekitar 5 km ke arah barat, untuk menyaksikan berbagai jenis penyu yang ditangkarkan.

KEINDAHAN PANTAI LAMPON DI PESANGGARAN BANYUWANGI

Pantai Lampon di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi.
Wisata Banyuwangi - Jika Anda sedang berada di Pantai Pulau Merah, maka tidak ada ruginya sempatkan untuk mampir ke Pantai Lampon. Lokasi kedua tempat ini relatif berdekatan. Memang namanya kalah populer dibanding Pulau Merah, tapi pemandangannya tidak kalah menariknya.

Pantai Lampon terletak disebelah selatan Banyuwangi, secara administrasi masuk dalam di wilayah Kecamatan Pesanggaran. Jaraknya sekitar 35 km dari kota Genteng. Lampon adalah kawasan militer. Karena di di sana terdapat markas militer dari TNI. Pantai Lampon yang luas membuat tempat wisata ini diminati banyak wisatawan. Pemandangan yang menawan, laut yang biru membuat Wisatawan ingin berlama-lama di Pantai Lampon. Lampon merupakan pantai yang luas dan memiliki banyak jenis tumbuhan pantai.

Pantai Lampon, Pesanggaran, Banyuwangi.

Pantai yang landai dengan ombak yang halus, serta terdapat ornamen alam dikejauhan berupa batu-batu karang dengan sesekali ombak pecah saat menerjangnya merupakan pemandangan unik tersendiri di wisata alam ini. Di sebelah selatan karang terdapat muara sungai. Muara sungai ini juga menjadi salah satu opsi bagi pemancing. Selain karena ikannya banyak juga kerena tempatnya yang aman.
Karang di pantai Lampon, banyuwangi.

Karang yang besar dan ombak yang cukup dinamis membuat tempat ini menjadi idola pemancing. Pantai ini aman digunakan untuk bermain anak—anak tetapi orang tua harus tetap mengawasi mereka.


Di  Lampon terdapat sebuah bukit yang dapat dipanjat tanpa menggunakan alat, dan diatas bukit tersebut terdapat Goa yang berukuran kecil. Bukit itu tidak hanya dapat didaki tetapi juga dapat sebagai alat pemacu adrenali. Bila kita pergi dibalik bukit disana terdapat cekungan karang dengan ombak besar. Dicekungan karang itu terdapat hewan seperti Bulu babi, ikan kecil dll.

Bukit di Pantai Lampon, banyuwangi.

Kita juga dapat menikmati Naga Sasra, yaitu semburan dari cekungan yang menyebabkan pelangi Naga Sasra keluar saat ombak besar. Naga sasra ini hanya dapat dinikmati ketika cuaca sedang cerah. Ketika melihat naga sasra kita harus melewati tebing 90 derajat oleh karena itu kita harus berhati—hati ketika melewati tebing tersebut.

NIKMATNYA PECEL RAWON BANYUWANGI

Pecel Rawon khas Banyuwangi.
Pecel Rawon Banyuwangi - Apa bayangan Anda jika dua makanan yang berbeda jenisnya dijadikan satu? Yang satu berbahan dasar sayuran, satunya berkuah dan berbahan daging. Pecel Rawon, ini nama hasil perpaduan antara nasi pecel dan rawon. Tidak usah hanya dibayangkan karena makanan ini benar-benar ada dan bisa dinikmati di Banyuwangi.

Pecel dipadu dengan rawon mungkin terasa mengada-ada, tapi jika Anda sempat mencicipinya, penilaian Anda akan berubah terhadap kuliner yang satu ini. Seperti halnya Rujak Soto yang merupakan perpaduan antara Rujak dan Soto, Pecel rawon adalah perpaduan antara pecel yang terdiri dari sayuran yang diberi bumbu kacang kemudian disiram dengan kuah rawon daging. Tapi berbeda dengan rujak soto yang menggunakan lontong, pecel rawon memakai nasi.

Pecel rawon atau rawon pecel sudah menjadi makanan khas Banyuwangi. Makanan ini cukup mudah ditemukan mulai dari restoran hingga warung-warung kaki lima di Banyuwangi. Salah satu warung makan pecel rawon yang dikenal masyarakat luas adalah Rumah Makan Pecel Ayu di Jalan Laksda Adisucipto 60, Banyuwangi.
Di rumah makan ini, pecel rawon disajikan lengkap dengan menu lauk-pauknya. Seporsi pecel rawon di RM Pecel Ayu terdiri dari sepiring nasi pecel yang berisi sayuran rebus, seperti bayam, taoge, kacang panjang, dan sambal pecel, ditambah kuah rawon. Pelengkapnya, udang goreng, empal sapi, ragi, paru goreng kering, dan remukan rempeyek kacang.

Paduan sambal pecel dan kuah rawonlah yang menjadi keistimewaan pecel rawon Ayu. Menurut Sulistyawati (53), pemilik Rumah Makan Pecel Ayu, bumbu sambal pecel diracik sendiri. Cabai yang digunakan pun hanya cabai rawit merah. Hasilnya, walaupun dicampur dengan kuah rawon, rasa gurih kacang dan pedasnya cabai tak kehilangan rasa.

Kuah rawon kaya dengan rasa rempah dan kaldu. Rasa manis yang biasanya ada di kuah rawon tidak terasa dominan. Hal inilah yang justru membuat paduan pecel dan kuah rawon menjadi pas karena sebagian rasa manis sudah didapatkan dari guyuran sambal pecel.

”Tidak ada bumbu yang rahasia, hanya bumbu rawon biasa, seperti keluwak, jahe, kencur, kunir, dan daun jeruk,” kata Sulistyawati membeberkan resepnya.

Untuk menghasilkan rawon beraroma rempah dan berasa gurih, berbagai macam rempah itu dihaluskan, kemudian disangrai agar aroma sedap masing-masing bumbu menyatu. Setelah disangrai, bumbu pun diperas dan hanya air perasan yang dipakai untuk bahan memasak. Air perasan bumbu itu kemudian dicampur dengan air kaldu hasil rebusan daging sapi dan paru.

Di Pecel Ayu, pecel rawon dihidangkan tanpa daging rawon, kecuali ada permintaan. Adapun paru, diiris tipis dan digoreng kering sebagai lauk pelengkap pecel rawon. Peyek udang, peyek kacang, ragi kelapa, ataupun sambal menemani hidangan pecel rawon.

Dalam setiap penyajian, Sulistyawati tidak sembarangan meracik pecel rawon. Ia selalu meracik dengan urutan tertentu. Piring ia isi dengan nasi dan sayur rebus terlebih dulu. Setelah itu, nasi sayur ia guyur dengan kuah rawon. Baru kemudian dia menambahkan sambal pecel sebagai topping. Menurut dia, dengan penyajian berurutan seperti itu, gurih dan pedasnya sambal pecel tetap terasa.
Rumah makan Pecel Ayu Banyuwangi.
Rumah makan Pecel Ayu
Berkembang pesat
Meskipun pecel rawon sudah umum di Banyuwangi, namun Sulistyawati memastikan pada tahun 1975 hidangan pecel rawon belum pernah ia jumpai. Perempuan asli Banyuwangi ini mengawali berjualan pecel rawon pada tahun 1988 dengan gerobak di pinggir jalan kawasan Singomatan, Kota Banyuwangi. Saat itu sudah banyak penjual pecel rawon dari kelas kaki lima hingga restoran.

Ketika Sulistyawati mulai berjualan dengan gerobak di pinggir jalan kawasan Singomatan pada tahun 1988, pecel rawon sudah populer. Sulistyawati beruntung saat itu memiliki seorang pembantu yang pintar memasak, yakni almarhum Sumini. Dari Sumini-lah, Sulistyawati mempelajari resep rawon dicampur pecel.

Rumah makan Sulistyawati terus berkembang. Setelah enam tahun berjualan di pinggir jalan, pada tahun 1994 Sulistyawati mengontrak sebuah rumah di dekat Kantor Pemerintah Daerah Banyuwangi. Usaha berkembang pesat dan pada tahun 1997 Sulistyawati mampu membeli rumah di Jalan Adisucipto yang menjadi lokasi usahanya hingga kini.

Rumah Makan Pecel Ayu yang kini ia tempati awalnya hanya sebesar ruang tamu dan ruang tengah, tetapi kian hari kian berkembang setelah ia membeli rumah sebelah warungnya. Kini sisi utara yang berupa teras pun diisi dengan kursi dan meja makan. Jika dulu Sulistyawati bekerja dengan dua karyawan, kini ia dibantu 11 karyawan.

Ia membuka warung dari pukul 07.00 hingga pukul 21.00. Hanya pada Lebaran warungnya tutup selama sepekan. Warung itu pun tak pernah sepi. Jumlah pembeli diperkirakan mencapai 400 hingga 600 orang per hari. ”Sulit mengukur berapa kebutuhan bahan baku harian. Yang jelas, dalam sehari saya harus berbelanja sekitar 30 kg daging, udang, dan paru,” katanya.

Untuk minuman, Rumah Makan Pecel Ayu mempunyai menu es dawet dan es campur. Kedua minuman itu menjadi minuman favorit para pembeli di Pecel Ayu, bersanding dengan hangatnya pecel rawon.

Setelah Anda mengenal Rujak soto, tidak ada salahnya juga menikmati Pecel Rawon jika berkunjung ke Banyuwangi. Keduanya sama enak dan nikmatnya. Maknyus pokok e.

MISTERI DAN KEINDAHAN WATU DODOL

Patung Gandrung di Pantai Watu Dodol, Banyuwangi.
Bila Anda hendak ke Bali melalui jalur utara Pulau Jawa, sebelum tiba di Banyuwangi Anda akan melewati Watudodol. Letaknya di pinggir pantai, ditandai dengan patung Gandrung, ikon Banyuwangi.

Wisata alam Pantai Watu Dodol berada di wilayah administrasi Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi, letaknya yang berada di perlintasan jalur yang menghubungkan Banyuwangi dan Situbondo membuat obyek wisata ini sangat mudah diakses baik dari arah Situbondo maupun dari arah Banyuwangi kota. Sebuah batu besar di tengah jalan menjadi petunjuk bahwa Anda berada di wilayah Pantai Watu Dodol.

Dari arah Banyuwangi kota ke obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jarak 15 kilometer ke arah utara. Atau sekitar kurang lebih 2 kilometer dari pelabuhan ketapang. Pada hari hari libur watu dodol selalu dipadati pengunjung. Karena letaknya yang strategis berada di tepi jalan poros Banyuwangi – Situbondo, tak heran Watu Dodol biasa dijadikan tempat beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan jauh.
Panorama di sekitar Pantai Watu Dodol
Banyak hal menarik yang di Watu Dodol. Selain patung Gandrung dan pantainya yang indah, pulau Bali terlihat dari sini. Anda bisa melihat feri menyeberang dari pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk.
Selain menikmati indahnya panorama laut, pengunjung dapat pula mendaki bukit yang letaknya hanya bersebrangan jalan, di bukit ini telah disediakan track untuk dilewati oleh pengunjung. Sesampai di atas bukit, pengunjung dapat melihat panorama selat Bali yang lebih luas dan indah.

Untuk masalah makanan dan minuman, di pantai wisata ini telah tersedia warung-warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu juga terdapat kios-kios souvenir yang menyediakan barang-barang kerajinan berbahan baku dari kerang kerangan dan batu batuan laut.

Jika kita turun ke area bibir pantai, ada sebuah keajaiban. Aneh tapi nyata, di Watu Dodol terdapat sumber air tawar. Ketika air pasang, air laut bisa masuk ke dalam sumber air ini, tapi airnya tetap tidak asin. Air tawar yang keluar dari bebatuan itu konon diyakini khasiatnya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, sehingga oleh penduduk sekitar dibuatkan pembatas dari batu dan dibangun seperti sumur. Bagi yang ingin mengambil airnya bisa menggunakan timba.

Bagi masyarakat Bali menjelang hari suci seperti Waisak, selalu memenuhi tempat ini. Selain mengunjungi sumur air tawar, orang Bali khususnya para sopir truk sering berhenti di Watudodol untuk memberikan persembahan di batu ini, seperti kembang, buah-buahan, uang dan sebagainya.

Apabila ingin menikmati keindahan alam bawah laut ataupun menyalurkan hobby memancing, Anda bisa menyewa perahu nelayan. Atau cukup berjalan menyusuri Pantai Watu Dodol bermain atau mandi air laut dan setelahnya bisa menikmati es kelapa muda yang  banyak dijual oleh para pedagang disepanjang  pantai.


Warga memancing di kawasan Pantai Watu Dodol, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (9/3). Kawasan watu dodol dikenal dengan bongkahan batu cadas dari tebing yang menjulang ditengah-tengah jalan raya. 
Keunikan lain yang dapat ditemukan di pantai Watu Dodol ini adalah batu karang yang bentuknya berbeda dengan batu karang kebanyakan. Batu karang di pantai Watu Dodol berwarna hitam mengkilap dan sangat keras. Tumbuhan kaktus juga banyak ditemukan tumbuh di sekitar bebatuan.

Di Pantai Watu Dodol juga terdapat dua bunker (tempat pertahanan sekaligus persembunyian) yang dibangun dan dipakai pada masa pendudukan Jepang (1942 – 1945).








Pada hari-hari tertentu di kawasan pantai watu dodol digelar lomba perahu layar sebagai rangkaian dari upacara petik laut atau pestanya para nelayan sebagai ucapan syukur atas hasil laut yang diperoleh selama setahun.


Ketika air surut anda bisa menuruni tebing yang berada di sebelah timur Watu Dodol, persisnya dibawah patung gandrung yang merupakan maskot sekaligus tarian tradisional yang sering digelar di Banyuwangi.

Di lokasi Patung Gandrung yang selesai dibangun pada akhir 2004 ini Anda tidak akan melewatkan kesempatan untuk berfoto ria.


















Misteri Batu Besar
Bagi Anda yang baru pulang atau pergi ke Bali, sempatkan untuk berhenti sejenak untuk melihat sebuah batu besar yang terletak persis di tengah jalan di Watu Dodol, tak jauh dari patung Gandrung. Batu besar dengan diameter sekitar 15 meter dan tinggi lebih dari 10 meter ini, berwarna gelap dengan tekstur padat dan sangat keras. Konon batu tersebut sudah beberapa kali untuk dipindahkan, digulingkan ataupun dihancurkan dengan berbagai cara seperti ditarik kapal dan diledakkan, akan tetapi semua usaha gagal. Hal inilah yang membuat batu yang berada 15 Km  disebelah utara kota Banyuwangi itu disebut dengan nama ‘watu dodol’ atau batu yang liat dan keras. Namun ada juga versi lain dari asal-usul nama Watu Dodol, yaitu konon dahulu pada waktu ada Raja Bali yang akan melamar putri Blambangan terjadi peperangan. Saat peperangan ini dodol yang dibawa tumpah di pantai ini.


Batu ini menjadi unik karena memiliki sejarah sendiri dan cerita mistik di dalamnya. Daerah ini pernah dijadikan sebagai tempat pertahanan dan perlidungan tentara Jepang ketika Perang Dunia II. Karena dianggap mengganggu, batu yang berdiameter sekitar 10 pelukan orang dewasa ini oleh tentara Jepang pernah hendak dipindahkan. Namun, walau sudah puluhan orang dikerahkan untuk memotong batu tersebut agar bisa digulingkan, tidak membawa hasil. Lalu Jepang memutuskan memindakan batu itu dengan ditarik kapal. Ternyata sang batu tetap saja tak bergeming. Kabarnya malah kapal yang menarik itu tenggelam.

Di samping pesona keindahan dan mistik, Watudodol menyimpan catatan sejarah yang menarik. Watudodol adalah pintu gerbang ke wilayah paling timur pulau Jawa. Bala tentara bisa masuk dari sini menuju ke selatan (Jember) atau ke arah barat (Situbondo).


Tanggal 14 April 1946, Belanda ingin mengadakan percobaan pendararatan di Ketapang, tapi berhasil dihalau oleh tokoh masyarakat Banyuwangi di antaranya Pak Nusahra. Ketika Belanda akan mencoba mendarat di pantai Meneng dan pelabuhan Ketapang, pada 20 Juli 1947, Belanda kembali gagal, karena mendapat perlawanan meriam yang gigih dari pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayor R. Abdul Rifai. Esoknya, Belanda kembali berusaha merebut Watudodol dengan mengerahkan pesawat tempur, tapi kembali terpukul setelah kapal mereka berhasil ditenggelamkan.

TRADISI PUTER KAYUN

Setiap tahun, pada hari ke 10 perayaan Lebaran, warga Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi mengajak seluruh anggota keluarganya berpawai menggunakan dokar yang dihias warna-warni menuju ke Pantai Watu Dodol sejauh 15 km. Warga setempat menyebutnya sebagai tradisi Puter Kayun.

Menurut riwayatnya, pada jaman dulu mayoritas warga Boyolangu berprofesi sebagai kusir dokar, sehingga dokar menjadi kendaraan yang selalu digunakan ketika bepergian, termasuk dalam tradisi Puter Kayun ini. Namun sejalan dengan perkembangan jaman, jumlah dokar semakin sedikit, maka ada warga yang menggunakan sepeda motor atau mobil.


Tradisi Puter Kayun merupakan tradisi turun temurun sebagai ungkapan syukur Lebaran atas rezeki yang telah diberikan Tuhan, serta bertujuan mempererat tali silaturahmi keluarga. Selain itu tradisi Puter Kayun ini juga bermakna sebagai napak tilas dari Mbah Buyut Jakso, yang diyakini sebagai orang pertama membuka jalan dari Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol.

Ketika iring-iringan warga dalam tradisi Puter Kayun sampai di Pantai Watu Dodol Banyuwangi, tokoh adat setempat melarung bunga berbagai macam rupa, untuk menghormati para leluhur yang meninggal pada saat membuat jalan sepanjang 15 km dan dilanjutkan dengan memotong tumpeng dan dilanjutkan dengan makan bersama ditepi pantai dan saling bertukar bekal makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing.

Sepanjang hari warga bersuka ria menghabiskan waktu di pantai, naik perahu, bersantai dan sebagian mandi di pantai.

Tips Menuju Wisata Alam Pantai Watu Dodol :

  • Dari Banyuwangi kota menuju pelabuhan Ketapang.
  • Dari pelabuhan Ketapang menuju pantai Watu Dodol sekitar 2 km.
Untuk mencapai kawasan wisata Watu Dodol sangatlah mudah karena posisinya di jalan lintas propinsi; yakni menggunakan bus antar kota jurusan Surabaya-Banyuwangi, atau naik Kereta Api dari Stasiun Gubeng Surabaya menuju Stasiun Banyuwangi Baru kemudian dilanjut dengan kendaraan antar desa colt atau isuzu. Apabila dari arah Bali, setelah dari pelabuhan penyebrangan Meneng – Ketapang jarak ke Watu Dodol sekitar 2 km menggunakan angkutan antar desa atau bus yang menuju arah Situbondo.
Senja di Pantai Watu Dodol

PANTAI PARANG IRENG, PANTAI TIGA WARNA

Pantai Parang Ireng
Kalau pantai pada umumnya berpasir putih atau agak kecoklatan, maka pantai yang satu ini memiliki tiga warna. Pantai Parang Irengnamanya. Pantai ini terlihat berwarna hitam, hijau dan putih. Warna hitam berasal dari bebatuan yang luas, hijau dari lumut-lumut di bebatuannya, dan putih dari pasir pantainya. Ajaib memang!

Pantai Parang Ireng  ini termasuk salah satu  dari deretan pantai cantik yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Dinamakan Pantai Parang Ireng, konon karena di kawasan ini terdapat batu karang berwarna hitam yang merupakan karang mati. Pantai ini letaknya sebelum Pantai Plengkung, sekitar 2 km atau 15 menit perjalanan dari Pantai Plengkung. Pantai Parang Ireng termasuk pantai yang masih perawan, karena masih jarang dikunjungi turis mancanegara maupun wisatawan lokal. Sehingga berada di pantai ini kita serasa berada di pantai pribadi. Tidak aneh banyak binatang liar berdatangan ke pantai ini. Anda akan banyak melihat jejak kaki rusa atau kera yang datang ke tepian laut dimana terdapat air tawar mengalir menuju laut!

Pasir gotri yang membuat kaki anda ambles ketika
menginjaknya.
Pantai ini memanjang dengan kontur pasir putih kecoklatan yang berupa bulir bulat, seperti merica atau gotri. Ketika diinjak, maka kaki kita bisa ambles ke dalam pasir!










Berjalan di hamparan pasir gotri sangat menguras tenaga.

Namun pesona Parang Ireng bukan hanya pada pasir gotrinya. Tolehkan pandangan ke kanan saat memasuki  Pantai Parang Ireng. Struktur batuan hitam bagaikan lava hitam yang membeku menghiasi pesisir, kontras dengan pasir pantai, lengkap dengan lumut hijau yang tumbuh di bebatuan, seolah kita berada di bagian dunia lain.

Hati-hati ketika melengkah di atas bebatuan hitam itu, karena teksturnya kasar dan sakit bila ditapaki dengan kaki telanjang. Pada bebatuan yang digenangi air laut itu tumbuh lelumutan. Lumut-lumut hijaunya bisa terlihat jelas dengan mata telanjang. Jumlahnya ada banyak dan menjadi pemandangan yang unik. Anda pun bisa menyentuh lumutnya secara langsung. Sementara itu di bagian kirinya, terdapat hamparan pasir putih membentang luas. 

Siapa pun yang melihatnya akan tergoda untuk berjalan menjelajahi pasir pantainya dan bersantai di sana. Keluarkankan kamera Anda, dan bersiaplah mengabadikan momen-momen yang menarik. 

Pantai Pareng Ireng, pantai  dengan paduan 3 warna : hitam, hijau, dan putih.
Bebatuan hitam di pinggir Pantai Parang Ireng.
Di bibir pantainya banyak terdapat lumut hijau yang digenangi oleh air laut. Hati-hati saat menginjakkan kaki di atasnya, Anda bisa jatuh terpeleset karena licin. Jika diperhatikan, lumut-lumut hijau tersebut bak permadani raksasa di bibir Pantai Pareng Ireng.


Eksotisme Pantai Pareng Ireng.


Layangkan pandangan Anda ke sisi kiri. Anda akan melihat bentangan pasir putih landai yang luas. Nikmati dan rasanya suasananya. Anda bebas berjalanan-jalan menyusurinya dan tentu saja berfotoria di sana. 
Bentangan pasir  gotri di Pantai Parang Ireng.

Satu lagi yang unik di Pantai Parang Ireng, Anda akan melihat jejak binatang di atas pasir pantainya. Jika Anda beruntung Anda akan dapat melihat jejak kaki entah rusak, monyet atau bahkan mungkin harimau!





Tidak ada penanda atau papan penunjuk bertuliskan Pantai Parang Ireng. Hanya masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo yang mengetahui lokasi pantai ini. Jadi sebaiknya Anda bertanya terlebih dahulu pada masyarakat setempat atau menyewa pemandu wisata untuk sampai di pantai Parang Ireng. Anda bisa memarkirkan kendaraan di tepi jalan, lalu mulai menyusuri semak belukar untuk tiba di pantainya. Tidak ada yang menyangka, ternyata di balik semak belukar ini tersembunyi pantai dengan pemandangan eksotis. Anda akan terpesona dengan pemandangan di depan mata, berupa hamparan pasir putih dan laut biru terbenteng luas.

Bagi Anda yang akan mengunjungi Pantai Parang Ireng disarankan membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Sebab di sekitar pantainya belum ada warung yang menyediakan makanan. Lingkungan sekitarnya hanya semak belukar dan hutan yang lebat.

Jangan buang sampah sembarangan, jaga pantainya yang masih asri dan perawan.