MENENGOK DESA WISATA ADAT USING KEMIREN

Sanggar Genjah Arum, desa Kemiren, Glagah, Banyuwangi.
Wisata Banyuwangi - Salah satu desa adat di Banyuwangi adalah Kemiren. Desa di Kecamatan Glagah, Banyuwangi, ini adat dan budaya Usingn/Osingya masih kental dirasakan. Dan salah satu magnet di desa tersebut adalah keberadaan Sanggar Genjah Arum. Sanggar yang dikemas apik dan didesain tradisional ini bak sebuah museum Using, suku asli di Banyuwangi. Pengunjung serasa dibawa menikmati suasana Banyuwangi tempo dulu.

Sanggar Genjah Arum di Desa Kemiren memang milik pribadi seorang pengusaha perkebunan bernama Setiawan Subekti atau biasa dipanggil Iwan. Ahli kopi kelas internasional ini memang sangat peduli dengan pelestarian adat dan Using. Nama Sanggar Genjah Arum diambil dari nama beras yang berkualitas bagus.

Tatanan rumah dan benda-benda kuno di sanggar Genjah Arum seperti menceritakan Desa Kemiren pada masa 50 tahun lalu. Di sana terdapat 7 buah rumah adat Osing, yang ditata tak beraturan di lahan kurang lebih 7000 meter persegi. Rumah kuno tersebut sebagian sudah berusia hampir 100 tahunan yang dikumpulkan oleh Iwan. Bahkan ada rumah yang usianya lebih dari 100 tahun yang ukurannya sangat besar, yang biasanya digunakan untuk berkumpul dan pertunjukan kesenian di sanggar tersebut.

Selain itu, ornamen kuno seperti bebatuan fosil, mesin ketik dan telepon kuno serta bermacam barang berusia lebih dari 50 tahun terpajang di masing-masing rumah kayu khas Using yang berada di sanggar itu.
Sanggar genjah arum, Kemiren, Banyuwangi.

Ada 4 macam bentuk khas adat rumah Banyuwangi, yakni Crocogan, Tikel/baresan, Tikelbalung, dan Serangan. Keempat jenis rumah itu ada di Sanggar Genjah Arum, Kemiren. Dan boleh percaya atau tidak, rumah-rumah tersebut tahan gempa. Struktur utama rumah Osing berupa susunan rangka 4 tiang (saka) kayu dengan sistem tanding tanpa paku, tetapi menggunakan paju (pasak pipih).

Setiap jenis atap rumah adat Osing itu mengandung makna. Atap Crocogan terdiri dua sisi, melambangkan bersatunya laki-laki dan perempuan dalam pernikahan, Tikel Balung terdiri tiga sisi, melambangkan lika-liku kehidupan berumah tangga, dan Baresan terdiri 4 sisi, melambangkan rumah tangga yang sudah beres, atau berjalan baik.

Perbedaan bentuk atap rumah adat Osing tersebut sekaligus menandai status sosial penghuninya. Rumah yang beratap Tikel Balung melambangkan bahwa penghuninya sudah mantap. Rumah Crocogan melambangkan penghuninya adalah keluarga mudah dan atau keluarga yang ekonominya relatif rendah, sedangkan rumah Baresan melambangkan pemiliknya sudah mapan, secara materi berada di bawah rumah bentuk Tikel Balung.

Bentuk bangunan rumah Osing itu sendiri dibagi dalam tiga ruang, yakni Mbyale (balai/serambi) yang biasa digunakan untuk menjamu tamu dan ngobrol santai dengan tetangga dekat.

Kemudian Jerumah (ruang tengah dan kamar) adalah bagian rumah yang biasa digunakan sebagi tempat istirahat dan bercengkrama bersama keluarga, dan Pawon (dapur) yang biasa digunakan ibu-ibu untuk memasak.

Sedangkan motif ukiran yang umumnya ada di bagian rumah atau perabotan orang Osing ada beberapa motif. Ada motif Srengenge (matahari) yang melambangkan harapan akan masa depan rumah tangga yang cerah, Bunga Paremelambangkan perjalanan kehidupan rumah tangga yang menjalar, Kawung yang bermakna pasangan yang sudah menikah tidak boleh mencari lagi yang lain dan motif Selimpet yaitu garis-garis berpola yang saling berhubungan atau tidak ada ujung pangkal, seperti belas kasih yang tak berujung.

Kini Sanggar Genjah Arum menjadi jujugan wisatawan yang ingin mengenal dari dekat rumah khas Using. Bupati Banyuwangi, Azwar Anas sering mengajak dan menjamu tamu kehormatannya di Sanggar tersebut untuk menikmati seni budaya dan kuliner khas suku Using.

Bagi pengunjung Sanggar Genjah Arum, ada lima suguhan Istimewa yang bisa dinikmati, yaitu :

Angklung Paglak
Paglak di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Paglak adalah gubuk kecil sederhana tanpa dinding yang terbuat dari bambu dan beratap ijuk (anyaman daun kelapa), yang dibangun di sawah atau di dekat pemukiman. Paglak umumnya berukuran hanya 2x3 meter dan dibangun sekitar 10 meter di atas tanah, ditopang empat bumbu utuh sebagai kaki penyangga. Jadi, jika seseorang ingin masuk ke dalam gubuk, ia harus memanjat untuk mencapainya.

Awalnya, fungsi bangunan ini sebagai tempat untuk menjaga padi dari burung. Petani biasanya menjaga sawah sembari bermain alat musik angklung dalam paglak tersebut. Karena itu, seni ini disebut angklung paglak. Angklung paglak juga dimainkan pada saat panen padi di Desa Kemiren. Versi lain, konon musik tersebut dulunya diciptakan untuk mengejek para penjajah kolonial. Untuk memainkan musik tersebut dibutuhkan keberanian dan konsentrasi ekstra karena bertempat di ketinggian. Orang-orang Belanda yang ditantang untuk memainkan musik di ketinggian,  tidak berani dan mengakui bahwa orang pribumi jauh lebih berani daripada mereka.

Angklung Paglak biasanya dimainkan 4 pemian laki-laki, yang terdiri dari 2 pemain angklung dan 2 orang pemukul kendang. Seperti namanya, kesenian ini harus dimainkan di atas ketinggian dari bilik Paglak. Meski begitu tidak ada perasaan takut bagi seniman saat tampil. Justru sebaliknya, bermain dari ketinggian membuat mereka semakin asyik memainkan alat musik yang diiringi canda dan senyuman. Ditambah lagi dengan ketinggian paglak, ketika angin bertiup kencang, maka panggung semakin bergoyang. Bukannya takut, hal ini justru membuat pemain angklung semakin bersemangat.

Angklung Paglak khas Banyuwangi.

Angklung Paglak haruslah memainkan lagu-lagu kuno yang diyakini mengandung nilai spiritual dan petuah kehidupan. Seperti lagu Jaran Dawuk, Gunung Sari, Lemar limir, Gondorio, Kembang jeruk dan masih banyak lagi. Uniknya semua lagu ini tanpa lirik (semacam Mozart) dan siapa penciptanya masih misterius. Yang pasti lagu kuno tersebut dipertahankan sebagai ciri khas kesenian Angklung Paglak.

Paglak pun mengalami transformasi dari yang dulu didirikan di sawah untuk mengusir burung berubah menjadi aksesori budaya di halaman rumah atau perkantoran. Paglak di Sanggar Genjah Arum milik Setiawan Subekti itu berdiri di balik pintu gerbang barat. Tingginya sekitar 15 meter. Angklung paglak pun menjadi kesenian khas Banyuwangi yang disuguhkan untuk para tamu atau turis yang berkunjung ke Sanggar Genjah Arum.


Tarian Barong Kemiren
Barong desa Kemiren, Banyuwangi.
Tarian Barong Kemiren ini disuguhkan sebagai penyambut para tamu yang akan hadir. Sebelum memasuki sanggar, para tamu akan diarak bersama penari dan pemain musik Barong memasuki gerbang Sanggar yang terletak paling ujung Desa Kemiren tersebut. Kemudian di dalam halaman sanggar tersebut, Barong yang sudah berusia hampir 100 tahun itu menampilkan atraksi tarian.

Barong memiliki arti bareng (bersama), untuk masuk ke dalam tempat yang kita anggap memiliki makna. Wisatawan tidak hanya melihat atraksinya, namun filosofi yang terkandung dalam tarian Barong yang artinya kebersamaan. Atraksi Barong Kemiren ini berlangsung selama 15 menit. Barong meliuk-liuk menyelaraskan musik yang dibunyikan. Kemudian adanya penari "pitik-pitikan" menambah keindahan tarian Barong tersebut.

Othek (Musik Lesung)
Musik Gedhogan ala desa adat Kemiren, Banyuwangi.
Musik Gedhogan ala Desa Kemiren.
Selain menikmati Tari Barong Kemiren, para pengunjung juga akan disuguhi penampilan "girlband" khas Kemiren. Mereka bukanlah perempuan-perempuan cantik, melainkan wanita-wanita yang sudah uzur, memainkan alu dan lesung (kayu tempat menumbuk padi). Mereka bergantian memukul lesung-lesung dihadapan mereka. Musik yang dimainkan mbah-mbah ini disebut Gedhogan. Biasanya diiringi oleh pemain biola tradisional dan angklung paglak. Kesenian ini merupakan warisan budaya asli Osing, Suku asli Banyuwangi.

Pada saat masa panen tiba, para petani menggunakan ani-anak diiringi tabuhan angklung dan gendang yang dimainkan di pematang-pematang sawah. Saat menumbuk pada, para perempuan memainkan tradisi Gedhogan, yaitu memukul-mukul lesung dan alu sehingga menimbulkan bunyi ritmis yang enak didengar. Dari sinilah tradisi Ghedhogan bermula.



Tarian Gandrung yang Mempesona

Tari Gandrung desa adat Kemiren, Banyuwangi.
Tari Gandrung sebenarnya sebagai tari pembuka dalam menyambut tamu. Tapi di Sanggar Genjah Arum, tarian ini disuguhkan ketika tamu sudah bersantai dan menikmati suasana Banyuwangi tempo dulu.

Para penari yang biasanya berjumlah 3 orang itu, menarikan sejumlah babakan (bagian) tarian gandrung Banyuwangi. Setelah itu, penari membawa selendang untuk diberikan kepada tamu yang menonton disana.

Bagi yang terpilih dan menerima selendang dari gandrung, diwajibkan untuk menari bersama gandrung. Hal ini merupakan bagian dari tarian Gandrung yang disebut "Paju Gandrung". Secara silih berganti, para gandrung tersebut mengajak para tamu untuk ikut melantai.






Nikmatnya Kopai Using
Jangan menyesal pernah ke Desa Kemiren tapi tidak mencicipi kopinya. Sebab Kopi olahan masyarakat Desa Adat Using Kemiren Kecamatan Glagah, Banyuwangi, cukup dikenal karena cita rasanya yang khas. Kopi yang diproduksi Paguyuban Tholik Kemiren (Pathok), ini memiliki cara tersendiri dalam proses pembuatannya.

Tak hanya mencicipi, pengunjung dipersilahkan praktek secara langsung. Mulai dari proses menyangrai, menumbuk biji kopi yang matang, menyaring bubuk kopi hingga praktek cara penyajian kopi yang benar sehingga menghasilkan kopi yang bercita rasa tinggi.

Rasa kopi yang diolah secara benar ini, dipastikan akan menggetarkan lidah dan ruang mulut anda. Karakter 'Kopai Using' akan terasa. Anda bisa memesan kopi olahan seperti house blend, kopi murni Arabica atau pun Robusta, baik yang expresso maupun regular, semua dijamin menggetarkan lidah Anda.

Sambil menikmati penampilan seni budaya di Sanggar Genjah Arum, secangkir kopi dan jajanan khas Banyuwangi seperti tape buntut, bolu kuwuk dan bermacam gorengan, menambah nikmatnya menikmati suasana di Sanggar Genjah Arum.
Menikmati kopi Osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi
Pengunjung bisa duduk-duduk dan menyeruput kopi di balai rumah 

RAHASIA KOPI USING
Di Desa Kemiren, menyangrai kopi sesuai standart internasional telah diperkenalkan dan dibudayakan oleh Tester kopi internasional, Setiawan Subekti, yang menjadi mentor warga kemiren untuk belajar mengolah kopi menjadi sajian minuman yang istimewa. Karena itu tidak heran sajian kopi di Desa Kemiren memiliki cita rasa tinggi.

Untuk mendapatkan sajian kopi yang berkualitas kuncinya terletak pada pemilihan biji kopi pilihan dan proses pengolahan yang benar.
Kopi osing khas desa Kemiren, Banyuwangi.
Proses pengolahan kopi Osing.
Yang pertama, memilih biji kopi robusta yang baik. Biji kopi yang dipilih harus memiliki kadar air tidak lebih dari 15 persen. Biji kopi asal Banyuwangi, khususnya kopi yang dihasilkan dari perkebunan yang berada di sisi timur dan sisi barat Gunung Ijen, adalah salah satu yang terbaik di dunia. Kopi yang dihasilkan antara sisi barat dan timur Gunung Ijen memiliki cita rasa yang berbeda. Perkebunan yang menghadap ke Timur mendapat sinar matahari yang lebih banyak, dan menghadap ke laut, sehingga kadar garamnya tinggi. Sebaliknya perkebunan di sisi barat dipengaruhi oleh angin gunung. Namun keduanya menghasilkan kopi yang sama enaknya.

Usai memilah, biji kopi selanjutnya disangrai diatas loyang yang terbuat dari tanah liat. Loyang tanah liat dipilih karena mampu menyimpan suhu panas yang stabil saat dipakai untuk menyangrai biji kopi.

Suhu yang stabil diperlukan saat proses menyangrai. Karena, biji kopi akan matang secara merata dan sempurna. Selain itu, proses dan teknik menyangrai menjadi faktor penting untuk menciptakan citarasa kopi itu sendiri. Sebab sebaik apapun kualitas biji kopi jika cara menyangrainya salah maka kopi akan tidak memiliki citarasa yang bagus. Biji kopi yang disangrai tidak harus hitam, karena itu artinya biji kopinya sudah gosong dan rasanya tidak enak. Menyangrai kopi cukup 20 menit saja.

Biji kopi yang matang selanjutnya dipindahkan ke nyiru dan segera diangin-anginkan. Itu perlu dilakukan agar kopi cepat dingin.

Sebelum ditumbuk, biji kopi terlebih dahulu disimpan selama 3 hari, atau minimal 1x24 jam. Dengan tujuan mengurangi kandungan getah di biji kopi. Usai ditumbuk hingga hancur, selanjutnya disaring (diayak) untuk menghasilkan bubuk kopi yang halus.

Kopi Jaran Goyang
Kopi Kemiren yang diberi nama Kopi Jaran Goyang ini juga memiliki komposisi dalam penyajiannya. 1 Cangkir kopi, cukup 1 sendok makan bubuk kopi. Air yang digunakan untuk menyeduh dianjurkan air mendidih yang didiamkan sekitar setengah menit.

Selanjutnya air dituang cukup separuh cangkir dan diaduk pelan sembari dituangkan kembali air yang sama hingga hampir penuh.

Sebelum meminum, hidung harus didekatkan pada bibir cangkir. Setelah aroma kopinya merasuk ke hidung, baru diseruput. "Harus sampai bunyi sruuuut. Sebelum ditelan, tahan dulu di mulut sampai rasanya menempel di lidah," papar Iwan.

Itulah Kopai Osing! kopi khas asli Banyuwangi yang terkenal dengan jargon "Sekali Seduh Kita Bersaudara".




BANYUWANGI DALAM VIDEO KLIP SYAHARANI

Video klip Syaharani Morning Coffee
Wisata Banyuwangi - Video klip dengan latar belakang pemandangan alam dan budaya Banyuwangi sudah banyak dibuat oleh penyanyi lokal Banyuwangi. Tapi video klip yang bercerita tentang Banyuwangi, yang dibawakan oleh penyanyi Jazz sekelas Syaharani dan grup bandnya, yang bukan sekedar menyuguhkan alam dan budaya sebagai latar belakang saja, tapi melibatkan seluruh personil berinteraktif dengan lingkungan setempat sebagai bagian utuh dari proses kreatif pembuatan video klip tersebut, mungkin baru kali ini dilakukan.

Dalam rangka promosi album ketiganya yang berjudul Selalu Ada Cinta, Syaharani and QueenFireworks (Esqi:Ef) membuat dua buah video klip. Bukan secara kebetulan jika Syaharani kemudian memilih Banyuwangi sebagai lokasi pembuatan video klip tersebut.

Bagi Syaharani, Banyuwangi bukanlah kota yang asing. Di masa lalu ia pernah mengunjunginya, dan bersama grup bandnya, dua kali ia mengisi acara Banyuwangi Jazz Festival pada tahun 2012 dan 2013. Bahkan pada Banyuwangi Beach Jazz Festival 2013, ia sempat membawakan sebuah lagu etnik Banyuwangi yang diaransemen bersama pemusik lokal, dan dibawakan secara berkolaborasi dengan penari dan penyanyi legendaris Banyuwangi, Mbok Temuk.

Syaharani dan Mbok Temuk
Kolaborasi Syaharani dan musik etnik Banyuwangi dalam Banyuwangi Beach Jazz Festival 2013.

Hasil kolaborasi tersebut membuat Syaharani  menyelami  sekaligus mengagumi kekayaan musik dan budaya lokal Banyuwangi. Ia heran melihat banyak bertebaran sanggar seni yang aktif berkegiatan.
"Saya sudah berkeliling ke banyak daerah, tapi Banyuwangi ini beda, kekayaan seni budaya, seperti gandrung, angklung paglak, kuntulan, janger, barong, jaranan butho, dan gedhogan, luar biasa mengakar di masyarakat. Saya akan terus berrakolaborasi dengan musisi etnik lokal," katanya saat itu.

Ketika menyaksikan pertunjukan Gandrung yang dibalut tarian dan nyanyian yang sangat khas, ia sempat menitikkan air mata. Ia sangat terkesan dengan penari Gandrung yang memiliki cengkok dan pola berbeda dari teknik vokal pada umumnya.

Dan, yang membuat tambah kagum ternyata masyarakat Banyuwangi masih meminatinya. Padahal, zaman sekarang segala hal yang berkaitan dengan pertunjukan tradisional mulai ditinggalkan penontonnya karena tergerus oleh budaya pop yang mengglobal.

"Mereka memberikan perhatian yang gede banget terhadap Gandrung. Bukan main itu. Local star-nya juga benar-benar ada dan ditunggu-tunggu banyak orang," ucapnya.

Mengenai kulinernya, Ia menuturkan orang Banyuwangi full fusion. Makanannya unik-unik. Mereka suka mencampurkan dua jenis makanan yang berbeda. Ada makanan rujak dicampur soto. Ada juga pecel dimakan pakai rawon. "Yang menarik, makanan itu dijajakan di warung-warung. Mereka tuh fusion banget. Aku juga suka makan nasi tempong. Kalau makan sambalnya tuh enak banget," ucapnya.

Bukan hanya seni budaya nya, bagi pemilik nama Saira Syaharani Ibrahim ini, wilayah di ujung timur Pulau Jawa ini begitu istimewa. “Di sana saya temukan pantai yang enak untuk santai. Saya sempat pula ke Plengkung. Karena di sana saya juga ada teman, maka saya pilih bikin klipnya di Banyuwangi,” akunya.

Janji itu dibuktikan dengan membuat dua video klip untuk album barunya, yaitu Coffee Morning dan Selalu Ada Cinta.

MORNING COFFEE
Pengambilan gambar untuk melengkapi video Morning Coffe ini dilakukan selama dua hari pada Oktober 2013. Syaharani dan tim mengeksplorasi sejumlah tempat di Banyuwangi. Morning Coffee bisa diartikan sebagai secangkir kopi di pagi hari.

Bagi Syaharani, pagi itu istimewa. Pagi adalah saat yang harus disambut dengan optimisme dan penuh semangat. Pagi juga merupakan momen yang harus dirayakan sebagai ungkapan rasa syukur. Karena pagi pula yang jadi awal setiap langkah untuk jalani perjalanan selama sehari penuh.
“Pagi itu harus dirayakan dengan keceriaan, dan jangan memulai hari dengan kusut. Pagi harus dimulai dengan minum secangkir kopi, memandang langit, atau mendengarkan kicauan burung,” tutur Syaharani.

Gagasan ini dituangkan dalam  video trip Morning Coffee yang seluruhnya berlokasi di Banyuwangi. Video dibuka dengan suasana pagi hari di Pulau Merah, dimana Syaharani dan kawan-kawan yang sedang berkemah menyambut hangatnya sang mentari dengan secangkir kopi sambil membuka laptopnya yang mendokumendasikan cerita di balik video Morning Coffee.
Syaharani ketika di Kawah Ijen
Kisah pun bergulir bergulir dari satu adegan ke adegan lain. Mulai dari keliling berbagai sudut kota dengan mengendarai vespa maupun sepeda onthel, menelusuri jalanan, taman kota, bangunan lama sampai blusukan ke pasar tradisional dan menikmati jajanan khas Banyuwangi, lalu dilanjutkan penjelajahan ke tempat-tempat wisata di Banyuwangi seperti Desa Kemiren, Kawah Ijen, selain Pulau Merah yang menjadi sentral kisah.
Video klip Morning Coffee di desa Kemiren, Banyuwangi.
Pengambilan gambar di desa Kemiren.
Lagu Morning Coffee yang berirama ceria dalam balutan rock n roll itu, menurut penyanyi yang akrab disapa Rani ini, bisa membuat mata yang sayu sehabis bangun pagi jadi terang-benderang. Bahkan, irama dan liriknya mampu melahirkan semangat serta harapan untuk menghadapi hari-hari yang menyibukkan.

Morning Coffee sendiri, lanjutnya, mengajak orang agar berpikir positif tiap pagi hari. "Intinya mengajak menghargai moment pagi, bukan kopinya. Ambil moment positif, semangat baru bagi diri dan kita tularkan," imbuh Syaharani.

Ini tercermin dalam paduan antara alunan musik energik dan visualisasi gambar  yang bergerak dinamis  dalam video yang berdurasi 4.47 menit ini. Karena berisi perjalanan di sejumlah tempat itu, maka Syaharani lebih suka menyebut video klip Morning Coffee sebagai video trip.



SELALU ADA CINTA
Video klip "Selalu Ada Cinta" menampilkan suasana kebersamaan para personel saat main ke Banyuwangi. Syaharani, Donny Suhendra (gitaris), Didit Saad (gitaris), Trias Fajar Anugrah (keyboard), Andy Gomez Setiawan (keyboard), Kristian Dharma (bass), dan Sirhan M Bahasuan (drum), semua muncul di video ini dengan ekspresi natural.

Salah satu yang unik, di video klip ini, ada adegan Syaharani mengulek cabai yang kemudian ia hidangkan untuk teman-temannya. "Adegan ulekan itu rumit sebenarnya. Saya pegang cobek dan kamera sendiri," tutur Syaharani.

Aditya Pratama, sang sutradara video klip sengaja mengangkat keseharian yang jarang dilakukan masyarakat kota itu ke layar. Adegan mengulek cabai di video klip ini bukan cuma sekadar lucu-lucuan. Ada ungkapan untuk menghargai  alam dan lingkungan sekitar.

"Saya ingin sesuatu yang unik mulai dari cara Mbak Rani ulek cabainya sampai sudut pandangnya ketika menyajikan sambal itu. Itu merupakan hal yang natural. Kalau di Jakarta kan orang jarang melakukan aktivitas mengulek, dan jarang ada dapur yang masih pakai tungku," jelas Aditya.

Proses pembuatan video klip kali ini dikatakan Adit cukup santai, karena ia tidak harus menargetkan harus cepat selesai. "Proses pembuatannya lima hari, dan kami memang enggak mau sampai larut malam. Kami betul-betul sudahi syuting ketika matahari terbenam, dan langsung istirahat. Waktu lima hari pun kami buat untuk dua video," ungkap Adit.

Video trip tersebut juga menggambarkan pengalaman baru yang mereka dapat selama di Banyuwangi, seperti adegan Syaharani mengayuh becak.

"Senangnya itu tadi, banyak pengalaman baru, seperti mengayuh becak. Kami naik becak, tapi kata Mas Adit, 'Sekarang lo yang kayuh becak.' Saya jadi mikir, jadi tukang becak membutuhkan skill juga, kalau enggak nanti becaknya belok sana, belok sini. Ada banyak hal lucu dan bikin mikir," kisah Rani. 

Video klip Syaharani and QueenFireworks, juga melibatkan seni tradisional. Ada adegan, mereka bersenang-senang di pematang sawah mengikuti gerakan maestro Gandrung Banyuwangi Temuk. Mereka lenggak-lenggok sekenanya.
Video klip Selalu Ada Cinta, Syaharani.

"Sebenarnya (Temuk) sudah pernah berkolaborasi sama kami waktu satu panggung di festival Banyuwangi. Tapi kami senang dan bangga. Beliau juga senang banget. Yang menyanyi dan menari gandrung satu paket memang sudah tinggal sedikit di Banyuwangi. Jadi kami sangat-sangat senang bisa menghadirkan dia. Pesannya supaya bisa sampai; ada kearifan lokal dan kesederhanaan. Titik pandangnya juga dari sini," ujar Syaharani.

Senafas dengan pesan yang terkandung di liriknya "Selalu Ada Cinta", Syahrani and Queenfireworks mengajak penikmat musik untuk merayakan perbedaan.  "Enggak ada orang yang 100 persen benar-benar sama saudara kembar pun pasti punya perbedaan. Perbedaan itu adalah keadilan dari Tuhan," kata Rani.

KAWAH BULAT SABIT, SISI LAIN GUNUNG IJEN

Kawah Bulan Sabit di Gunung Merapi-Ijen,Banyuwangi.
Wisata Banyuwangi - Dibalik keindahan Kawah Ijen ternyata  menyimpan sesuatu yang belum diketahui oleh setiap pengunjung. Inilah kawah lain yang bersembunyi dibalik Gunung Merapi, yang berada tepat di sebelah timur Kawah Ijen.

Di puncak Gunung Merapi terdapat dua buah kawah yang keduanya sudah mati. Yang menjadi tujuan utama adalah kawah yang terletak di sebelah kanan, ujung terjauh dari Kawah Ijen. Di tengah kawah tersebut terdapat gundukan tanah dengan pepohonan di atasnya yang bentuknya nyaris sempurna seperti bulan sabit jika dilihat dari puncak. Karena itu populer dengan sebutan Kawah Bulan Sabit. Masyarakat setempat menyebutnya dengan "Pintu Angin". Dari sini, di atas ketinggian 2800 mdpl, Anda bisa menikmati panorama Kota Banyuwangi, gagahnya Gunung Raung dan Pulau Bali di kejauhan. Anda juga akan mendapati spot yang sangat bagus untuk melihat keindahan Kawah Ijen dari sudut yang lain.

Kawah Bulan Sabit di Gunung Merapi-Ijen,Banyuwangi.
Kawah Bulan Sabit
Panorama Kawah Ijen dilihat dari puncak Merapi.
Dari gunung Merapi yang letaknya lebih tinggi, kita bisa melihat keindahan Kawah Ijen lebih leluasa dari puncak Merapi sabit sisi Barat. 

Tapi tidak mudah untuk mencapai lokasi kawah yang unik ini. Perjalanan ke kawah ini membawa kaki berjalan tak kenal lelah, menelusuri setiap jengkal tanah melalui jalur pendakian yang tidak nampak, dan hampir 80% diselimuti oleh semak-semak yang harus disibak dengan penuh kesabaran.


Jalur Kawah Bulan Sabit ini sebenarnya tidak pernah dibuka untuk umum karena jalurnya memang tidak jelas, sangat curam, dan rawan longsor. Aturannya, untuk menuju ke sini kita diharuskan mengantongi izin dari Dinas Perhutani selaku pengelola Cagar Alam. Jalur untuk menuju ke Kawah Bulan Sabit tidak mudah mengingat tiadanya akses yang jelas. Terdapat dua “rute” untuk menuju ke sini, yang pertama dari Pos Paltuding, Banyuwangi, yang membutuhkan waktu enam hari (!) karena medan yang sangat berat. 

Kawah Bulan Sabit di Gunung Merapi-Ijen,Banyuwangi.
Medan yang menantang.
Sementara jalur satunya cukup ditempuh dalam waktu 4 jam, yakni dari bibir Kawah Ijen. Dari bibir kawah kita berjalan menyusur ke kanan sekitar 300m, disana akan terlihat gunung bertebing, itulah gunung Merapi. Setelah itu kita harus pindah bukit, dari bibir Kawah Ijen kita akan turun di bekas sungai di sisi utara, dan menanjak lagi ke badan Gunung Merapi. Disini tidak ada jalur permanen, yang ada hanyalah main kira-kira.

Nah baru setelah kita berada di badan Gunung Merapi, nampaklah bekas-bekas jalur pendakian. Dari bekas sungai di bawah tadi, kita akan melewati jalur yang sangat nanjak, selain itu semak dan pohon tumbang merupakan rintangan yang sangat serius.



Buah Beri liar.
Rute menuju KawahBulat Sabit sangat jarang dilalui orang, bahkan penduduk lokal. Karena itu ketika Anda memutuskan untuk kesana, carilah informasi sebanyak - banyaknya dari warga sekitar. Bahkan jika perlu ajak mereka untuk menjadi guide. Dan jangan lupa membawa peralatan dan bekal yang cukup, karena jalur disana sangat menguras energi. Di sepanjang jalur ke puncak banyak tumbuh buah Beri liar. Lumayan buat mengisi perut yang lapar sambil beristirahat. Satu hal yang tidak boleh dilupakan, bawa bekal makanan yang cukup dan air minum sebanyaknya. Karena medan yang berat dan Gunung Merapi merupakan daerah kering, sehingga Anda pasti sangat kehausan.

Rute yang ditempuh dari  barat (Kawah Ijen) ke puncak Merapi di  timur. Tampak jelas Kawah Bulat Sabit dilihat dari atas.




AIR TERJUN "THREE IN ONE" KAMPUNG ANYAR

Wisata Banyuwangi - Di Banyuwangi banyak terdapat air terjun, sebagian diantaranya terletak di lokasi yang cukup tersembunyi dan akses jalan yang sangat menantang. Salah satu air terjun yang terbilang masih baru dikenal dan lokasinya relatif mudah dijangkau adalah air terjun yang terdapat di Dusun Kampung Anyar, Desa Taman Suruh, Kecamatan Glagah. Di sini, pengunjung akan menikmati tiga air terjun sekaligus di satu tempat. Ibaratnya air terjun three in one. Ini menjadi kelebihan dari air terjun di Kampung Anyar.

Tiga air terjun tersebut berada di satu lokasi dan posisinya sangat berdekatan, sehingga ada yang menyebutnya Air Terjun Bersaudara atau Air Terjun Kembar, tapi ada juga yang menyebutnya sebagai Air Terjun Jagir, Air Terjun Kampung Anyar,  Air Terjun Sumber Pawon bahkan Air Terjun Bidadari. Ketiganya berasal dari mata air langsung, bukan dari aliran sungai. Bahkan tidak tanggung-tanggung, bukan hanya satu tapi dari tiga mata air yang muncul dari tebing yang berada di baliknya, yaitu Sumber Jagir, Sumber Pawon, dan Sumber Buyut Ijah.

Air terjun kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Air terjun bersaudara, 3 air terjun di satu lokasi. (jejakkita.org)

Dari ketiga air terjun tersebut, yang paling menarik perhatian pengunjung adalah air terjun yang berasal dari mata air sumber Pawon.Pawon artinya dapur.Disebut begitu karena letak mata air ini tepat berada di belakang dapur rumah penduduk.

Air terjun ini bisa dibilang paling indah karena aliran airnya melebar, sehingga terlihat ada dua atau tiga air terjun sekaligus di satu titik. Tak heran air terjun ini menjadi pusat perhatian pengunjung.Sebagian besar pengunjung banyak menghabiskan waktu untuk mandi, berenang atau sekedar berselfia ria di sini.Jangan kuatir, di lokasi air terjun terdapat fasilitas tempat ganti dan WC umum. Sedangkan kalau selepas bermain perut merasa keroncongan,banyak penjual makanan di sana dan harganya relatif murah.
Air terjun Jagir di Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Air terjun utama di Kampung Anyar yang berasal dari mata air sumber Pawon.
Air terjun Bersaudara alias air terjun Bidadari di Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

Tingginya sumber dan terjalnya cadas tebing, membuat suara air yang mengalir dari ketinggian sekitar 50 meter tersebut serasa menggerojok keras. Kita juga bisa menikmati sensasi airnya yang jernih dan segar di bawah air terjun. Menurut warga sekitar, air yang mengalir di aliran sungai tersebut mampu menyembuhkan segala macam penyakit. Benar tidaknya tergantung dari anda sendiri yang menilai.

Air terjun Jagir alias air terjun Bersaudara alias air terjun Bidadari di Kampung Anyar, Banyuwangi.

Air terjun Bersaudara alias air terjun Bidadari di Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.

Air terjun Jagir alias air terjun Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.


Di sebelah air terjun utama tadi, sekitar 10 M ada lagi air terjun ke dua. Memang tak seindah yang pertama karena di atas nya ada bangunan tempat pemandian umum milik warga sekitar. Tapi tetap saja tak mengurangi keindahan alam di sini.


Selain kedua air terjun tadi, sekitar 300 meter ke arah barat, masih ada satu lagi air terjun yang tidak kalah eksotiknya. Masyarakat sekitar menyebutnya Air Terjun Ketegan . Untuk mencapainya, dari air terjun Bersaudara langsung menyusuri aliran sungai menuju ke arah hulu. Harus hati-hati sewaktu menyeberangi sungai, karena arusnya cukup deras.  Air Terjun Kategan ini bukan berasal dari sumber mata air, melainkan aliran dari Sungai Kalibendo, sehingga debit air yang dialirkan cukup deras. Dan ketinggiannya pun lebih tinggi dari Air Terjun Bersaudara tadi.

Air terjun Ketegan, Kampung Anyar, Kecamatan Glagah, Banyuwangi.
Air terjun Ketegan
Untuk menuju ke lokasi Air Terjun Ketegan ini cukup menguras keringat. Jalan yang dilewati cukup susah, kita harus menyusuri semak dan pohon yang sangat rimbun. Namun tidak perlu khawatir, karena kita tidak perlu membutuhkan waktu lama untuk mencapai lokasi tersebut. Ditambah jernihnya air dan rimbunnya dedaunan yang teduh akan melupakan rasa letih kita.

Panorama tebing di jalan setapak menuju air terjun
Selain keindahan air terjun, potensi yang masih bisa dinikmati di Kampung Anyar adalah tebing batu. Tebing dengan kemiringan 90 derajat itu memiliki bentuk yang unik. Tonjolan-tonjolan batu prisma menyerupai serpihan intan. Tebing ini cukup menarik bagi penggila olahraga ekstrem. Ketinggiannya cukup menantang untuk dijadikan tempat melakukan kegiatan rappelling.

Awalnya  kondisi tebing itu tertutup akar-akaran yang besarnya mencapai lengan orang dewasa. Nyaris tidak ada orang yang percaya jika di balik belukar dedaunan itu ada bebatuan yang cukup indah. Lalu waktu setempat berinisiatif untuk membersihkan tebing itu dari semak belukar. Dan ini membutuhkan kerja ekstra, mengingat kemiringan tebing mencapai 90 derajat. 

Kini, setelah dibersihkan, gradasi pemandanganpun semakin terlihat bagus dan elok. Jika dilihat dari jalan desa, tekstur tebing berupa batu menyerupai serpihan patahan berlian itu tampak mengkilap. Meski telah melakukan upaya pengembangan secara mandiri, masyarakat berharap kepada pihak berwenang agar membantu menguatkan potensi yang ada tersebut.

AKSES MENUJU AIR TERJUN KAMPUNG ANYAR

Air terjun Bersaudara, Kampung Anyar, Glagah, Banyuwangi.
Letak Air Terjun Bersaudara ini tak jauh dari Perkebunan Kalibendo. Mungkin banyak orang yang pernah melewati, namun tidak menyadari keberadaannya. Belum banyak yang mengetahui jika kawasan Desa Kampung Anyar, Kecamatan Glagah ini menyimpan potensi wisata alam yang tidak kalah bagus dengan objek wisata lainnya.

Letak Air Terjun Bersaudara tidak jauh dari pusat Kota Banyuwangi, jaraknya sekitar 15km saja. Untuk bisa sampai di Kampung Anyar hanya butuh waktu sekitar 15-20 menit dengan perjalanan menggunakan kendaraan bermotor. Akses jalan cukup mudah, dari perlimaan Kota Banyuwangi kita belok kiri, selanjutnya mengikuti petunjuk arah jalan menuju Kali Bendo. Letak air terjun ini sekitar 1KM sebelah timur Kalibendo.

Selain kondisi jalan yang bagus, lokasinya yang berada di tepi jalan memudahkan untuk dijangkau. Begitu memasuki desa ini, pandangan kita akan dihadapkan dengan pepohonan dan sawah di sebelah kanan jalan. Dibatasi oleh tebing jurang yang di bawahnya mengalir sungai dengan air cukup jernih

Diantara tebing itulah, terdapat tiga air terjun yang jarak ketiganya hanya beberapa meter saja. Tingginya sumber dan terjalnya cadas tebing membuat suara air menggerojog keras. Udara di sekitarnya pun terasa dingin oleh buih yang beterbangan terbawa angin.

Untuk masuk ke tempat air terjun kita tidak dipungut biaya, hanya membayar biaya parkir kendaraan sebesar Rp 2.000.

Untuk mencapai lokasi air terjun, dari tempat parkir kendaraan, pengunjung harus berjalan kaki menuruni puluhan anak tangga dari tanah dan dibatasi potongan bambu, menyusuri jalan diantara rimbunan semak dan pohon. Kemudian Anda akan menemukan jalan persimpangan, ke kiri dan ke kanan dengan tanda anak panah. Panah arah ke kanan berarti menunjukkan arah menuju air terjun kembar pertama dan kedua (kebetulan posisinys bersebelahan), sedangkan panah kearah kiri berarti menunjukkan arah menuju air terjun ketiga (Air terjun Kethegan). 

Pada air terjun pertama dan kedua, pengunjung bisa melihat air terjun dari dekat, karena airnya memang tidak terlalu deras. Atau bisa juga mandi karena arusnya tenang dan dangkal. 

Selama memasuki area air terjun, kita tidak diperbolehkan untuk membuang sampah sembarangan dan berkata-kata kotor. Wisata air terjun ini ditutup jam setengah lima sore.

KARNAVAL BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL

Karnaval Banyuwangi Ethno Carnival

Wisata Banyuwangi - Banyuwangi EthnoCarnival (BEC) adalah suatu karnaval tahunan Banyuwangi yang unik dan spektakuler. Karnaval ini mempresentasikan adat tradisional asli Banyuwangi. Ratusan pemain memakai kostum menarik berdasarkan tema-tema karnaval yang berbeda setiap tahunnya.

Banyuwangi dikenal memiliki kekayaan seni budaya tradisional yang sangat luar biasa. Hal itu ditunjukkan dengan masih banyaknya ritual dan upacara adat maupun event-event budaya yang dilaksanakan oleh masyarakat. Berangkat dari kekayaan khasanah seni budaya tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi membuat satu kemasan seni budaya tradisional dalam sebuah event yaitu BANYUWANGI ETHNO CARNIVAL (BEC), suatu event budaya yang diharapkan mampu menjembatani modernisasi seni budaya lokal yang selama ini tumbuh kembang dalam kehidupan masyarakat Banyuwangi menjadi sebuah event dalam bentuk  parade berskala Internasional tanpa harus merubah nilai-nilai yang sudah berkembang dan tumbuh di dalam masyarakat baik spirit maupun filosofinya.

BEC juga merupakan wadah pemacu kreatifitas generasi muda untuk menuangkan gagasan-gagasan unik dan menarik serta memvisualisasi gagasan yang berlatar etnik dan tradisi dalam bentuk dan kemasan artistik yang spektakuler, sebagai apresiasi terhadap nilai budaya lokal sehingga dapat memiliki daya tarik tersendiri dalam meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal maupun sebagai sajian yang sangat menarik bagi  wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi. 

WAKTU PELAKSANAAN BEC

Penyelenggaraan BEC waktunya  tidak selalu sama setiap tahunnya. Tapi berdasarkan pengalaman sebelumnya, waktu pelaksaan BEC berlangsung antara bulan September - November. Sedangkan tempatnya berlangsung di sepanjang jalan protokol kota Banyuwangi.

PERBEDAAN BEC DAN JFC

Banyuwangi Ethno Carnival (BEC) seringkali dilihat sebagai peniruan dari ajang sejenis di Jember, yaitu Jember Fashion Carnival (JFC). Memang harus diakui ide awal BEC tidak berlepas dari sukses JFC. Namun ada perbedaan mendasar diantara keduanya, yaitu terletak pada kekuatan konsep dan tema. Konsep BEC berakar dari kesenian tradisional yang tidak dimiliki oleh JFC. BEC menjadi jembatan antara kesenian tradisional dengan modern supaya lebih bisa diterima di panggung internasional.

Penyelenggaraan BEC selalu mengusung tema kebudayaan lokal. Ketika karnaval lain sibuk menarik tema dari "luar" ke "dalam", Banyuwangi malah sebaliknya, yaitu menggali apa yang dimiliki di ”dalam” untuk diperkenalkan ke ”luar”. Upaya mengangkat kebudayaan lokal adalah sebagai bentuk investasi kebudayaan kepada generasi muda agar bisa menyerap dan memahami makna filosofis yang ada di setiap tradisi masyarakat.


”Kita sering bertanya berapa investasi untuk membangun gedung, tapi mengabaikan investasi kebudayaan yang sangat penting untuk memperkokoh fondasi bangsa ini"

Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas.

Banyuwangi Ethno Carnival  2011 : GANDRUNG

BEC 2011 adalah karnaval Banyuwangi Ethno Carnival yang pertama kali digelar di Banyuwangi, dengan mengangkat tema ''Gandrung, Damarwulan dan Kundaran". Ketiganya merupakan kesenian tradisional asli Banyuwangi. Dari tiga kesenian tradisional itulah, peserta BEC kemudian melakukan modifikasi kostum sehingga tampil lebih kontemporer.

Peserta BEC 2011 berasal dari hasil seleksi berbagai sekolah dan instansi yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Total ada 420 peserta. Setelah lolos seleksi, mereka mengikuti workshop untuk dilatih cara membuat kostum dan berjalan dipanggung peragaan busana.  Para peserta yang tampil rata-rata butuh waktu 2-3 minggu untuk mengkreasi costum yang mereka pakai di acara karnaval budaya pertama tersebut.

BEC 2011 digelar pada hari Minggu, 22 Oktober 2011. Acara dibuka oleh pagelaran Tarian Gandrung Banyuwangi. Tarian Gandrung awalnya merupakan tarian sakral yang dipercaya telah ada sejak jaman Majapahit. Gandrung berasal dari Bahasa jawa yang berarti cinta atau terpesona. Tarian ini mengandung maksud sebagai ungkapan cinta kepada Dewi Sri atau dewi kesuburan karena telah memberikan kesejahteraan pada masyarakat agraris Banyuwangi.

BEC 1, parade Gandrung.
Parade Gandrung
BEC 1, parade Gandrung.

Pada acara pembukaan tersebut, penari yang tampil sejumlah 119 orang dari berbagai kalangan, mulai dari kalangan pelajar sampai dengan para penari senior. Kostum kreasi mereka didominasi warna hitam dan merah.


Setelah penari gandrung, di belakangnya menyusul penampilan kesenian Damarwulan atau disebut juga Jinggoan. Kesenian ini merupakan teater rakyat Banyuwangi yang mengadopsi epos cerita "Minak Djinggo Vs Damarwulan". Pada barisan ini modifikasi kostum Damarwulan ditampilkan oleh 112 peserta, dimana seluruh kostum dan pernak-perniknya didominasi oleh warna biru, merah dan hitam.


BEC 1, Damarwulan.
Kostum Damarwulan
BEC 2, Damarwulan.
Salah satu kostum terbaik Damarwulan




Penampilan terakhir adalah kesenian Kundaran. Tarian ini muncul sejak pengaruh Islam masuk ke Banyuwangi. Pada awalnya para penari Kundaran adalah pria, namun dalam perkembangannya Kundaran ditarikan oleh wanita memakai pakaian gemerlap dengan gerak tari dinamis namun masih tampak keislamannya. Kreasi kostum Kundaran menonjolkan warna oranye, hijau dan merah. Selain warna, tidak ada perbedaan mencolok pada kreasi kostum ketiga tema tersebut. Sebagian besar kostum sama-sama memakai mahkota dan modifikasi bagian sayap.
BEC 1, Kundaran.
Kostum terbaik untuk tema Kundaran.
BEC 1, kundaran.

BEC 1, kundaran original.
Kostum Kundaran original.



Banyuwangi Ethno Carnival 2012 : RE BARONG USING


Penyelenggaraan BEC yang kedua ini dilaksanakan pada 18 November 2012, dengan mengusung tema Re-Barong Using, yakni kostum peserta memakai pernak pernik barong khas Using (Banyuwangenan). Tema Re-Barong berarti menggambarkan bahwa Barong yang akan ditampilkan berbeda dari aslinya. Peserta dibagi menjadi 3 defile yakni. Defile barong merah, barong kuning dan barong hijau. Ada juga tamu dari Jember Fashion Carnaval yang ikut ambil dalam event kali  ini.

Banyuwangi Ethno Carnival 2012, Re-Barong Using.

Biasanya orang mengenal barong sebagai kesenian Bali. Namun di Banyuwangi juga ada sebuah kesenian Barong, yaitu Barong Using atau juga disebut Barong Kemiren. Meskipun mirip, tetapi Barong Banyuwangi berbeda dengan Barong Bali. Barong Using memiliki bentuk mirip Barong Bali hanya saja bentuknya lebih kecil. Bentuk mukanya seperti serigala, bermahkota dan bersayap di bagian kanan-kiri dengan paduan warna merah, kuning dan hijau. Sedangkan Barong Bali lebih besar dan tidak punya sayap. Kesenian Barong biasanya dimainkan dalam bentuk teater rakyat yang sering ditanggap untuk pernikahan dan sunatan. Selain itu di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi dikenal ritual upacara adat yang bernama Barong Ider bumi, yaitu ritual bersih desa yang dilangsung pada hari kedua setelah lebaran yang dilakukan oleh masyarakat suku Osing/using di desa tersebut.


BEC 2012, Re Barong Using.

Re Barong Using.

BEC 2012, Re Barong Using.


BEC 2012, Re Barong Using.

BEC 2012, Re Barong Using.

Banyuwangi Ethno Carnival 2012.
Barong merah

Barong kuning
Barong Hijau


 


Banyuwangi Ethno Carnival 2013 : THE LEGEND OF KEBO-KEBOAN

Banyuwangi Ethno Carnival III dilaksanakan pada 7 September 2013,  mengusung salah satu budaya di Banyuwangi yakni, "The Legend of Kebo-keboan".  Budaya Kebo-keboan ini berasal dari Desa Alasmalang, Banyuwangi.

Tema BEC 2013 kebo-keboan.

Ritual kebo-keboan dilakukan sebagai wujud doa dan pengharapan agar hasil panen bisa melimpah. Ritual itu telah berkembang di Banyuwangi selama ratusan tahun. Dalam masyarakat agraris, kerbau (water buffalos) mempunyai posisi spesial. Kerbau merupakan rekan kerja dan harapan bagi petani. Tidak seperti ternak (livestock) lain seperti sapi yang dikonsumsi dagingnya, kerbau selalu dianggap hewan yang membantu kemakmuran dan ketahanan pangan petani melalui tenaganya. Sehingga kerbau memperoleh status penting dan perlakuan khusus ketika masa tanam

Kebo-keboan merupakan sebuah ritual masyarakat lokal Banyuwangi yang berisi  doa dan permohonan kepada Tuhan agar sawah mereka subur dan panen berlangsung sukses. Dalam ritual itu, sejumlah orang didandani seperti kerbau yang merupakan simbolisasi mitra petani di sawah untuk menghalau malapetaka selama musim tanam hingga panen.

Ritual Kebo-keboan Banyuwangi.
Ritual kebo-keboan telah berkembang di Banyuwangi selama ratusan tahun. Dalam masyarakat agratis, kerbau (water buffalos) mempunyai posisi spesial dalam masyarakat agraris, yaitu merupakan rekan kerja dan harapan bagi petani. Berbeda dengan ternak lain seperti sapi yang dikonsumsi dagingnya, kerbau selalu dianggap hewan yang membantu kemakmuran dan ketahanan pangan petani melalui tenaganya. Sehingga kerbau memperoleh status penting dan perlakuan khusus ketika masa tanam

Kebo-keboan sejak lama telah menjadi bagian dari hidup dan kehidupan masyarakat lokal Banyuwangi, terinternalisasi menjadi bagian dari tradisi dan kearifan lokal dalam menjaga kualitas lingkungan. Tema Kebo-keboan sengaja diusung untuk menunjukkan bahwa tradisi bisa bersanding secara harmonis dengan kehidupan modern.

Tema kebo-keboan yang menginspirasi BEC III di bagi menjadi tiga sub tema yakni kebo geni, kebobayutirto, dan kebo bumi. Kebo geni menggambarkan semangat, motivasi, amarah, dan kepahlawanan. Kebo bayu tirto menggambarkan kehidupan dengan tiga warna dominan, yakni hitam, silver, dan putih. Kebo bumi yang menggambarkan tentang kesuburan warna dominannya hitam dan emas.

Sebanyak 300 talent berparade di jalanan sepanjang 3 kilometer mengelilingi kota Banyuwangi. Para talent berjalan diiringi musik etnik khas Banyuwangi yang dikolaborasikan dengan musik modern. Puluhan ribu warga dan wisatawan memadati jalanan yang disulap menjadi catwalk untuk para peserta karnaval.

KEBO GENI

BEC 213, Kebo Geni.

BEC 2013, Kebo Geni.

BEC 2013, Kebo Geni.

KEBO BAYU TIRTO
BEC 2013, Kebo Bayu Tirto

BEC 2013, Kebo Bayu Tirto.

BEC 2013, Kebo Bayu Tirto


KEBO BUMI


BEC 2013, Kebo-keboan: Kebo Bayu Tirto

BEC 2013, Kebo Geni

BEC 2013, Kebo Geni.


  E



Banyuwangi Ethno Carnival 2014 : THE MYSTIC DANCE OF SEBLANG


Banyuwangi Ethno Carnival 2014, tema The mystic dance of seblang.


Pada tahun 2014 ini penyelenggaraan BEC memasuki tahun ke- 4, yang akan mengangkat tema budaya dan tradisi lokal yang kental dengan nuansa mistis yaitu Tari Seblang. Tari Seblang merupakan tarian ritual tertua di Banyuwangi dan telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Nasional oleh pemerintah pusat.

Seblang (sebele ilang) atau sialnya hilang adalah salah satu ritual upacara adat masyarakat suku Using Banyuwangi, Ritual Seblang ini sebagai wujud rasa sukur atas rezeki yang melimpah dan untuk menolak bala (bencana). Ritual Seblang ini dapat dijumpai di dua tempat yaitu di Kelurahan Bakungan dan Desa Olehsari kecamatan Glagah Kabupaten Banyuwangi.

Penari Seblang Olehsari dimainkan oleh seorang perempuan muda selama 7 hari secara berturut – turut yang dilaksanakan satu minggu setelah idulfitri. Sedangkan Seblang Bakungan dimainkan oleh perempuan tua (yang sudah manapouse) selama satu malam dilaksanakan seminggu setelah idul adha. Tarian akan mengikuti alunan gending / lagu dari sinden dengan mata tertutup dan dalam keadaan tidak sadarkan diri.

Banyuwangi Ethno Carnival 2014 dengan tema Seblang.
Prototipe kostum dengan tema Seblang.
Nuansa magic yang masih kental dari ritual adat Seblang ini akan divisualisasikan dalam bentuk parade karnaval yang berjuluk BEC ( Banyuwangi Etno Carnival ). Dari tema sentral Seblang tersebut aka dibagi menjadi tiga sub tema yaitu :
  1. Seblang Olehsari yang di identikkan dengan warna hijau pada pakaian dan omprok (tutup kepala) yang dihiasi daun pelepas pisang menutupi sebagian wajahnya.
  2. Seblang Bakungan yang diidentikan dengan warna merah pada pakaian, omprok (penutup kepala) yang dihiasi kain yang menutupi sebagian wajahnya, serta keris sebagai gaman (senjata).
  3. Porobungkil adalah hasil bumi, biasanya berupa buah-buahan yang diminta oleh seseorang yang akan menjadi seblang,  yang akan dikreasikan kedalam bentuk karya busana modern.
Banyuwangi Ethno Carnival 2014 dengan tema Seblang berlangsung pada 22 November 2014. Sebanyak 500 peserta berparade di beberapa jalan utama di Banyuwangi. Sebagai masterpiece BEC 2014 adalah performance 300 gandrung dan peserta karnaval dengan kostum terpanjang. Dengan menggunakan sayap, peserta karnaval ini juga menggunakan gaun sepanjang 300 meter. Bersama dua orang pengawal, gaun panjang itu kemudian dibawa oleh 300 gandrung dan berjalan di depan para undangan.

Kemudian, dilanjutkan dengan penampilan peserta BEC 4 2014. Sebanyak 200 peserta, mereka turut serta memamerkan konstum yang dirancang khusus di ajang ini.Ada yang memasang berbagai ornamen mirip buah-buah di sekitar mahkota kepala sebagai tanda syukur atas hasil panen yang melimpah.

Pagelaran BEC 4 2014 ini dihadiri undangan antara lain Dubes Amerika Serikat untuk Indonesia, Robert O Blake Jr., Konsul Jenderal AS di Surabaya, Joaquin F. Monseratte, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa, dan Menteri Pariwisata Arief Yahya. 

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014 tema Seblang.


Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014


Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Banyuwangi Ethno Carnival 2014

Penonton BEC 2014 membludak.