WISATA AIR TERJUN LIDER

Air terjun Lider terletak pada lereng pegunungan berhawa sejuk dikawasan hutan lindung. Percikan buih air terjun menguraikan cahaya matahari menjadi spektrum warna pelangi yang menakjubkan dinatara rindangnya pohon dengan akar yang menjuntai.

Tumpahan Air Terjun Lider memiliki terjunan air setinggi 60 meter dengan ketinggian 1.300 meter diatas permukaan laut dan berasal dari mata air pegunungan. Di sisi air terjun utama juga terdapat 4 air terjun kecil yang merupakan bagian dari air terjun utama. Suasana di sekitar menjadi semakin eksotik dengan adanya dinding tebing berupa deretan batu berdimensi rata yang terlihat menggantung di antara dua jurang yang menghimpit air terjun tersebut. Dengan kondisi demikian tak pelak Air Terjun Lider merupakan air terjun terbaik dan sekaligus tertinggi di Banyuwangi.

Nama Air Terjun Lider diberikan karena lokasinya terletak di hutan lindung petak 74, Blok Lider, di lereng timur Gunung Raung di kawasan Resort Pemangkuan Hutan (RPH) Jambewangi, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Kali Setail, Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Barat.

Untuk mencapai air terjun Lider medan yang dilalui cukup menantang dengan melewati beberapa tebing curam, menyeberangi sungai sebanyak 7 kali dan menembus hutan lindung yang masih terjaga keasriannya.
Jika Anda beruntung, beberapa hewan seperti kera, burung kupu-kupu, capung atau serangga lain akan dapat kita jumpai di hutan yang terkenal akan keanekaragaman flora dan faunanya ini.

Medan yang dilalui menuju air terjun Lider

Perjalanan menempuh medan sulit akan terbayar setelah tiba di lokasi terjun. Kemegahan tebing laksana tumpukan kristal-kristal alam yang tertata rapi dengan air terjun utama dengan ketinggian ± 100 meter dihiasi beberapa air terjun kecil membuat tempat ini nampak begitu indah dan perkasa.



RUTE MENUJU AIR TERJUN LIDER
Air Terjun Lider berada di  Dusun Sragi, Desa Sumber Arum, Kecamatan Songgon, Banyuwangi. Jalan menuju  tempat ini memang cukup sulit, melewati hutan dan perkebunan yang jalannya belum beraspal. Sehingga diperlukan jiwa petualangan untuk dapat mencapai tempat ini. Namun perjuangan berat Anda akan terbayar dengan keindahannya.


Dari kota Banyuwangi jaraknya kurang lebih sekitar 45 km. Untuk bisa sampai ke lokasi Air Terjuan Lider, Anda harus menuju ke  Kecamatan Genteng  terlebih dahulu.  Anda dapat menggunakan kendaraan pribadi atau naik bus. Jika naik bus berhenti di Terminal lama Genteng.  Jika Anda datang dari arah Jember jaraknya sekitar 65 km menuju Genteng.
                                          GENTENG -> SEMPU -> SONGGON -> LIDER
Selanjutnya dari  Genteng  menuju Kecamatan Sempu sejauh 7 km. Dari Kecamatan Sempu perjalanan dilanjutkan melalui Desa Jambewangi menuju Desa Sumber Arum, Kecamatan Songgon sejauh 7 km. Sesampai di dukuh Lider, Anda masih harus melanjutkan perjalanan sejauh 3 km menuju ke batas akhir perkebunan cengkeh, dimana terdapat jalan masuk ke Air Terjun Lider. Di pos 1 kawasan perkebunan, Anda diminta mengisi daftar kunjungan lengkap dengan keperluannya.

Sesampai di pemukiman warga kita harus memarkirkan kendaraan. Setelah itu kita berjalan kaki menuju lokasi air terjun melintasi jalan setapak selebar setengah meter di sisi tebing jurang dan enam sungai di tengah hutan. Kondisi jalan setapak ini sudah tertata rapi lengkap dengan petunjuk jalannya, namun cukup licin dan berliku.  Jarak pos dengan lokasi air terjun sekitar 1 km.

Jalan alternatif lain menuju Air Terjun Lider adalah melalui Desa Sragi, Kecamatan Songgon yang berjarak sekitar 8 km dari perkampungan warga. Selama perjalanan Anda akan dimanjakan dengan udara yang terasa segar dan sejuk. Deretan tanaman pinus, karet dan tebu juga akan terlihat. Jika sudah sampai di perkampungan dan pabrik di desa Bejong, terdapat pos penjagaan di pertigaan jalan, lalu belok ke kiri dan ikuti jalan nya sampai menemukan perkampungan lagi, ini menjadi tempat pemberhentiaan terakhir untuk memarkir kendaraan, sebelum melanjutkan perjalanan ke air terjun Lider dengan berjalan kaki. Perjalanan menuju air terjun akan melewati lahan kebun terlebih dahulu lalu turun ke sungai, menyusurinya, terkadang harus menyeberanginya. Di tengah perjalanan, jika arah Anda benar, akan bertemu air terjun kecil.

Jika Anda datang dari kota Banyuwangi, rute Sragi ini melewati Kecamatan Singojuruh, sedangkan jika dari arah Jember atau Genteng melewati Desa Temuguruh. Titik beloknya adalah pertigaan pasar Gendoh, yaitu sebelah utarama Stasiun kereta api Temuguruh, lalu masuk ke barat menuju Pasar Desa Sragi yang berjarak sekitar 17 km. Dari pasar Desa Sragi lanjutkan perjalanan menuju Bejong sejauh 8 km.

Baik melalui Sempu maupun Sragi, kondisi jalan di dua jalur tersebut sama-sama kurang nyaman, sebab selain tidak beraspal, jalannya juga sangat rusak. Terlebih di musim hujan. Jadi, ini memang wisata petualangan yang tidak cocok bagi si manja. Karena dibutuhkan kemauan dan persiapan fisik yang baik untuk mencapainya.

TIPS MENUJU AIR TERJUN LIDER
- Pastikan kondisi kendaraan anda seluruhnya dalam keadaan baik karena medan yang dilewati sangatlah sulit dengan batu gunung runcing hampir di sepanjang jalan yang bisa membuat  Anda frustrasi.
- Air terjun Lider dicapai dengan mengikuti alur daerah aliran sungai yang mengarah pada air terjun itu sendiri. Sehingga perjalanan memerlukan kesiapan fisik untuk naik turun menyeberangi sungai secara zig-zag guna mencari jalur yang paling aman. Di beberapa tempat Anda harus turun dan naik pada tepian dengan kemiringan sekitar 60° sambil berpegangan pada akar tanaman liar.
- Anda mungkin harus berhati-hati dengan lintah/pacet yang ada di sini. Musim hujan mereka akan menempel tanpa terasa pada awalnya. Untuk berjaga, sebaiknya Anda membawa tembakau atau alkohol, agar lintah/pacet bisa dengan mudah dilepaskan. Bawa juga plaster luka, karena tidak ada yang menjamin Anda tidak akan terluka dalam perjalanan.
- Anda juga harus berhati-hati dengan tumbuhan Lateng, yaitu tumbuhan yang memiliki daun dengan bulu halus yang apabila mengenai kulit akan memberikan sensasi gatal pedih seperti tertusuk. Rasa ini akan berlangsung cukup lama dan mengganggu perasaan anda. Jadi, sebaiknya Anda memakai celana dan baju/kaos lengan panjang.
- Berhati-hatilah saat menyeberangi sungai karena bebatuannya cukup dingin dan licin, dan beberapa titik arus cukup kuat untuk menarik kaki dan membuat kita terpeleset. Amankan barang elektronik seperti ponsel atau kamera agar tidak tercebur ke dalam sungai.
- Sebaiknya tidak datang pada musim hujan, karena medannya semakin berat . Dan jika menggunakan sepeda motor sebaiknya jangan memakai motor matic.

- Jangan lupa membawa bekal minuman dan snack favorit karena di lokasi air terjun tidak ada penjual makanan dan minuman. 

PELASAN ULING, UNAGI ALA BANYUWANGI

Pelasan Uling alias Unagi Jepang ala Banyuwangi.
 Wisata Banyuwangi -  Anda penggemar Unagi? Atau malah belum pernah mendengar, apalagi menikmatinya? Ini adalah kuliner khas Jepang yang berbahan sidat yang sudah dikenal mulai abad 7 sebagai makanan yang kaya protein, kalsium, vitamin A dan E. Sidat adalah sejenis belut tetapi ukurannya lebih panjang dan besar.

Selain di Jepang, ikan Sidat juga popular di Korea. Di kedua Negara tersebut, masakan berbahan dasar sidat dianggap sebagai sumberdaya tahan untuk laki-laki. Tidak heran karena sidat mempunyai kandungan gizi 25 kali lebih banyak dibandingkan susu, 2 kali ikan Salmon serta memiliki omega tinggi. Ibu hamil juga bagus mengkonsumsinya karena akan menambah kecerdasan otak bayi dan membuat daya tahan tubuh meningkat.

Wisatawan  yang datang ke Jepang diantaranya untuk menikmati wisata kuliner belut Unagi. Namun Anda tidak usah jauh-jauh ke Jepang untuk merasakan belut Unagi,  karena Anda bisa mendapatkannya di Banyuwangi!

Di Jepang sidat tanpa tulang diolah menjadi unagi-no-kabayaki atau sidat panggang yang diberi saus manis kabayaki semacam Teriyaki. Atau ada juga direbus. Sedangkan di Banyuwangi, Sidat biasanya dipepes atau dikenal dengan nama Pelasan Uling. Kata pelasan diambil dari Bahasa using yang merupakan bahasa suku asli Banyuwangi yang artinya pepes. Sedangkan Uling adalah sebutan masyarakat Banyuwangi untuk ikan Sidat.

Tidak susah mendapatkan ikan Sidat di Banyuwangi. Anda bisa datang langsung ke Galeri Singgasana Sidat Banyuwangi yang terletak di Desa Parijatah Kulon, Kecamatan Srono Banyuwangi. 

Mutiara Ulya, pemilik galeri Singgasana Sidat Banyuwangi menjelaskan, untuk mengolah Pelasan Uling, sidat dibersihkan dan dipotong-potong serta dicuci bersih. Lalu dibumbui dengan cabai merah, cabai rawit, asam jawa, gula merah. Ada juga tomat yang dipotong-potong untuk menghasilkan rasa segar dan pas dengan daging Sidat yang lembut.
Pelasan Uling setelah dibakar, nikmat disantap dengan nasi panas.
Setelah bumbu siap lalu dicampur dengan Sidat yang sudah dipotong-potong, selanjutnya dibungkus daun pisang. Setiap bungkus berisi dua atau tiga potong daging Sidat. Sengaja ikan sidat tidak diambil durinya karena sensasinya lebih terasa. Berikutnya sidat dikukus sebentar lalu dibakar agar aroma dagingnya keluar.

Untuk setiap bungkus pelasan uling, Mutiara membanderol harga Rp 15 ribu. Menurutnya, pengunjung yang datang biasanya dari rombongan luar kota, keluarga juga ada dan makannya di atas kolam.


Di tempat ini juga disediakan semacam saung tepat di tengah tambak. Jadi pengunjung juga bisa melihat langsung budidaya ikan tawar di sini. Makan juga sekaligus belajar karena disini ada juga budidaya ikan nila, ikan koi dan lele.

Ternyata ikan sidat yang diolah menjadi Pepesan Uling ini berasal dari hasil ternak sendiri. Adalah Daniel Amrullah, si pemilik peternakan sidat yang sekaligus ayah dari Mutiara. Ia memanfaatkan bagian depan rumahnya untuk digunakan sebagai tempat makan yang menjual pepes sidat hasil peternakan, sedangkan bagian belakang rumah digunakan untuk kolam peternakan sidat.

Ide beternak sidat ini berawal ketika masih bekerja di sebuah perusahaan, ia sering menemani orang Jepang yang menanyakan unagi. Dari sini Daniel mengetahui bahwa unagi yang berbahan dasar ikan sidat mempunyai prospek ekonomis yang tinggi. Ia pun mencoba beternak sidat sejak 3 tahun lalu.

Perlu diketahui sejauh ini ikan sidat yang diternakan berasal dari bibit yang ditangkap dari alam, karena belum ada teknologi, di Jepang sekali pun, yang bisa menghasilkan bibit sidat dengan cara dikembangbiakkan. Jadi peternakan sidat itu sifatnya melakukan pembesaran bibit dari tangkapan alam. Sidat bertelur di laut tapi besar di air tawar. Karena faktor kesulitan ini, budidaya sidat sulit dilakukan dalam skala besar, sementara permintaan pasar sangat besar. Alhasil harga sidat pun sangat mahal.

Setiap bulan dari kolam ikan sidat miliknya, Daniel bisa menghasilkan 2 kwintal sidat grade 1 per bulan yang diekspor ke Jepang melalui perusahaan pengolahan. Untuk dalam negeri banyak dijual ke Bandung, Jakarta, Surabaya dan Bali.

Anda penasaran dengan  ikan sidat yang begitu disukai orang Jepang?  Dagingnya tebal seperti ikan tenggiri namun terasa lembut saat digigit. Pelasan Uling dijamin tidak kalah rasanya dengan unagi Jepang, rasanya pedas, asam dan segar akan membuat Anda ketagihan. Ayo dicoba!


KULINER BAKSO LOBSTER KREASI ANAK BAND

Kuliner Baso Lobster Banyuwangi ala anak band.Wisata Banyuwangi Bakso Lobster. Mungkin Anda akan membayangkan daging lobster yang dibentuk bulat-bulat. Tapi bakso lobster yang ini benar-benar bakso daging sapi dan lobster yang disajikan di dalam satu mangkuk. Ide kuliner yang memadukan antara bakso dan seafood yang unik ini, ternyata menghasilkan makanan yang menggugah selera. Memang ini bukan kuliner asli Banyuwangi, tapi menu ini yang pertama ada di Banyuwangi.

Adalah Hayyu Arreza, Hasbi Assodiki dan Hilmy si empunya ide. Awalnya tiga orang yang berkawan ini mempunyai budidaya lobster air tawar. Pada saat musim panen lobster, mereka kebingungan untuk memasarkannya. Lalu timbul pikiran untuk mengelolanya sendiri. Hitung-hitung untuk menambah income selain beternak lobster, mereka pun sepakat membuka warung bakso lobster.


"Tiba-tiba terbersit saja buat baso lobster. Jika ada baso ceker kenapa nggak buat baso lobster? Awalnya memang rencana daging lobsternya digiling untuk dijadikan baso tapi kami takutnya konsumen nggak yakin kalau pakai lobster. Akhirnya iseng-iseng. Cemplung.... lobsternya kami masukkan ke dalam kuah baso," jelas Hilmi Yarisu Ardan (26), salah satu pencetus warung baso lobster sambil tertawa. 

Ia mengaku dalam satu hari, warung mereka minimal menghabiskan 140 lobster. Latar belakang sebagai anak band membuat mereka mencoba-coba resep baso dan lobster beberapa kali. Untungnya Salim, salah satu rekan mereka pernah bekerja sebagai koki di salah satu hotel. "Salim yang mengeksekusi baso lobster jadi seperti sekarang dibantu dengan kami. Berkali-kali nyoba resep karena memang dasarnya nggak ada yang bisa masak," tutur Hilmi.

Bakso lobster yang menggugah selera.
Saat ditanya tentang resep baso lobster, Salim sang juru masak yang juga pemain band mengaku resep basonya hampir sama dengan baso-baso lainnya. "Pilihan daging untuk basonya memang pilihan. Nah untungnya lobsternya kami ternak sendiri jadi benar-benar segar. Hanya tinggal dicampur bawang putih, bawang merah, lada dan bumbu rahasia untuk menjaga rasa lobsternya agar tidak hilang. Karena kalau bumbunya terlalu kuat, rasa lobsternya bisa hilang," jelas Salim.


Warung yang berada di Jalan Kepiting, Kelurahan Tukang Kayu, Kabupaten Banyuwangi ini juga menyediakan dua jenis kuah yaitu kuah kaldu sapi dan kuah soto untuk menikmati baso yang kenyal serta lobster yang gurih. Tinggal ditambah sambel sesuai dengan keinginan, dijamin anda akan ketagihan.

Jika anda ingin mencoba semangkuk baso lobster, maka anda cukup menyiapkan kocek antara Rp 15 ribu hingga Rp 60 ribu untuk semangkuk baso lobster, tergantung besar-kecilnya lobster yang dipilih, mulai dari usia lobster 5 bulan, 6 bulan dan 7 bulan.

Warung bakso lobster ini dibuka mulai pukul 16.00 sampai 21.00 WIB. Namun biasanya sebelum jam tutup warung bakso lobsternya sudah ludes terjual. Bahkan pernah terjadi rekor hanya dalam 1 jam, bakso lobsternya ludes terjual.

"Rekor kita, buka jam 4 sore habis jam 5 sore. Cuma satu jam kita jual sekitar 150 ekor lobster. Kalau hari biasa sekitar 100an lobster yang terjual," kata Hilmi.


Untuk menarik minat pengunjung, kedai bakso lobster ini membuat setting yang  berbeda dengan warung atau kedai bakso biasanya. Dengan bahan kayu bekas pengepakan barang, lantas disulap menjadi meja dan bangku untuk pengunjung. Ditambah lagi alunan musik reagge akan menambah kerasan pengunjung untuk nongkrong di sana. Pantas saja, tempat yang dibuka pada awal Juni ini ramai dikunjungi anak muda Banyuwangi.

Inilah baso lobster karya anak band Banyuwangi...



TRADISI ARUNG KANAL DI SUNGAI PEKALEN SAMPEAN

Tradisi Arung Kanal dan Ritual Balang Apem di Kecamatan Bangorejo, Banyuwangi.
Wisata Banyuwangi - Banyuwangi memiliki banyak tradisi dan ritual budaya yang unik. Satu diantaranya adalah Tradisi Arung Kanal dan Ritual Balang Apem yang berlangsung di Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo, Kabupaten Banyuwangi. Arung kanal bisa diartikan sebagai pelayaran mengarungi sungai.

Sebelum digelar ritual Balang Apem 'Arung Kanal', diawali dengan berbagai macam kegiatan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat. Diantaranya lomba mewarnai gambar, lomba miniatur perahu hias, renang ceria, pawai drum band dan karnaval budaya, serta grebek lele (memegang ikan lele dari sungai). Acara itu dipusatkan di Sungai Pekalen Sampean, Dusun Tanjungrejo, Desa Kebondalem, Kecamatan Bangorejo.

 Lomba renang dan balang apem di Sungai Pekalen Sampean diikuti banyak remaja.
Secara geografis, Desa Kebondalem dikelilingi beberapa sungai besar sehingga mereka tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sungai. Dahulu, sebelum berkembangnya kesadaran hidup sehat, warga setempat memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari. Namun kini, sungai terebut hanya dijadikan sumber pengairan sawah dan tempat bermain anak-anak. 

Kondisi alam inilah yang menumbuhkan semangat bahari, dan memicu warga untuk berkreasi dengan menggelar ajang pesta perahu sejak tahun 1967, di atas aliran Pekalen Sampeyan Wilayah UPTD Eksploitasi Pengairan Bangorejo.

Awalnya, kegiatan lomba perahu ini untuk memperingati HUT RI saja. Namun proses berikutnya berkembang menjadi agenda tahunan yang melibatkan ribuan warga. Kegiatan yang sudah menjadi agenda tahunan dan menyedot ribuan penonton dari berbagai kota ini konon telah dimulai sejak tahun 1967. Awalnya hanya berupa adu balap menggunakan batang pohon pisang, namun seiring kemajuan zaman berubah menjadi ajang kreativitas merangkai perahu hias berwarna-warni.


Perahu yang dipakai untuk pesta rakyat ini adalah replika dari kapal yang sebenarnya.  Dengan berkelompok warga berkreasi membuat replika kapal yang terbuat dari bamboo, kayu, kertas dan batang pisang menjadi wujud kapal bak di lautan.

Meski terlihat sederhana, biaya pembuatan replika kapal tersebut cukup mahal. Satu perahu bisa menghabiskan biaya hingga puluhan juta rupiah. Tidak heran mengingat kapal yang dibuat warga bisa mencapai hingga panjang 15 meter dan lebar 4 meter. Sepintas, persis kapal yang sedang berlayar di lautan. Biaya tersebut sebagian besar berasal dari iuran swadaya warga, selain mendapat bantuan dana dari pihak panitia.

Dalam pembuatan sebuah perahu, warga membutuhkan waktu hingga sebulan untuk menyelesaikannya. Bahan dasar gedebok (batang pohon pisang) dirangkai dengan bambu. Batang pisang ini sebagai penyangga agar perahu bisa mengapung. Bambu dipakai sebagai rangka, lalu dibungkus dengan kain plastik dan diwarnai layaknya kapal.

Untuk memperindah, ditambahi hiasan lampu. Tenaga lampu ini didapat dari mesin diesel yang dipasang di tengah badan perahu. Pembuatan perahu tidak seluruhnya dikerjakan di atas sungai. Bahan dasarnya dibuat di daratan. Begitu selesai diangkat ke sungai, lalu diselesaikan di atas air. 
Satu perahu besar biasanya dikerjakan oleh 10 hingga 15 orang. Mereka merupakan kelompok warga yang suka berkreasi. Perahu buatannya itu nantinya dilombakan selama Arung Kanal.

Belasan perahu berbagai bentuk ini kemudian diarak di atas sungai. Ada replika kapal pinisi, kapal perang milik TNI, kapal angkutan umum hingga kapal bajak laut.  Hiasan lampu warna-warni, berbagai ornament kapal dan suara dentuman musik membuat acara ini semakin meriah.  Tidak ketinggalan para awak yang juga tim pembuat kapal ikut menghidupkan suasana dengan ikut menari-nari di atas kapal tiruan tersebut.

RITUAL BALANG APEM
Ditengah gemuruhnya pesta rakyat 'Arung Kanal' yang sedang berlangsung, ada Ritual Balang Apem (Lempar kue Apem) Arum Gondo Roso dan Apem Arum Sekar Ting-Ting. Tujuan Ritual Balang Apem yang dipimpin oleh sesepuh kampung itu sebagai bentuk penolak bala serta puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, yang telah memberi ketentraman dan keamanan kepada seluruh masyarakat desa Kebondalem. Selain itu, juga sebagai simbol ritual, yang intinya saling memaafkan antarsesama umat manusia.

Ritual Balang Apem diawali dengan tarian Gandrung dan Jawa yang seluruh penarinya masih gadis. Ketika berlangsung prosesi ritual Balang Apem yang dilakukan oleh puluhan gadis-gadis desa, ribuan penonton yang berjajar dan berdiri di pinggiran kanal, saling berebut kue apem yang sudah diberi doa oleh para tetua adat. Mereka mempunyai keyakinan bagi siapa yang dapat menangkap dan memakan nikmatnya apem tersebut sama halnya dengan mendapat berkah.


Sedangkan bagi kalangan muda, ritual Balang Apem ini punya makna perjodohan. Bagi jejaka atau gadis yang belum mempunyai calon pendamping, jika apem yang dilempar itu mengenai dirinya, maka itu diyakini sebagai pertanda akan segera mendapat jodoh.

PANTAI RAJEKWESI

Pantai Rajegwesi terletak di Desa Sarongan, Kecamatan Pesanggaran, Kabupaten Banyuwangi. Rajegwesi merupakan pintu masuk pertama kawasan Taman Nasional Meru Betiri di bagian timur.

Pantai Rajegwesi berada di tengah perkampungan nelayan. Memang sebagian besar penduduk pantai Rajegwesi adalah nelayan. Di pinggir-pinggir pantai kita akan melihat berjajar perahu-perahu nelayan yang sedang parkir. Oleh masyarakat setempat kawasan di sekitar pantai digunakan untuk tempat pelabuhan kapal-kapal nelayan penangkap ikan dan sekaligus sebagai tempat pelelangan ikan. 

Lokasi Pantai Rajegwesi di tengah perkampungan nelayan, tampak perahu nelayan dikejauhan .


Nelayan di Rajegwesi sedang melakukan aktivitas sehari-hari kala tidak melaut.


Jika Anda datang ke Pantai Rajegwesi bertepatan waktunya dengan nelayan pulang melaut, Anda akan melihat warga yang saling gotong-royong mendorong perahu ke daratan. Warga yang ikut membantu akan diberikan upah 1 atau 2 buah ikan.


Pemandangan yang ada di pantai Rajegwesi sungguh menawan, dengan hamparan pasir yang bersih dan juga di sisi kanan terdapat tebing bebatuan yang mengandung besi. Serta deburan ombak ketika menghantam bebatuan sangatlah menawan. Pasirnya yang kecoklatan, semakin membuat indah suasana pantai.
Warna pasir yang kecoklatan ini akibat endapan lumpur dari sungai-sungai yang bermuara di pantai ini saat banjir, menjadikan pasirnya coklat dan bertekstur sangat lembut.



Pantai Rajegwesi berombak relatif kecil jika dibandingkan dengan pantai selatan lainnya, sehingga cukup aman berenang disini. Hal ini disebabkan adanya batu karang yang tinggi menyerupai tembok raksasa yang menghalangi deburan ombak Samudera Hindia. 

Batu karang itulah yang dinamai Rajegwesi yang dalam bahasa setempat berarti "Pagar Besi", karena batu karang tersebut mengandung biji besi. Warna kemerah-merahan yang menyelimuti batu-batu karang menunjukkan adanya karat, sebagai akibat proses kerosi oleh air laut selama bertahun-tahun.

Nama Rajegwesi sendiri jika ditelusuri juga berkaitan dengan sistem pertahanan laut yang dibangun Jepang kala itu. Dimana kata Rajeg diambil dari bahasa Jawa yang berarti Tiang Pancang. Sedangkan Wesi dalam bahasa Indonesia berarti Besi. Dahulu Jepang menancapkan tiang pancang dari kayu Jati (setara kekuatan besi) di perairan Teluk Rajegwesi.

Rajegwesi itu ditanam dimulut teluk dengan formasi gigi Belalang. Yakni ditanam secara bersap yang barisan depan dan belakang saling menutupi celah. Ini dimaksudkan untuk menyulitkan kapal musuh menyusup ke pantai. Sehingga memaksa kapal musuh yang datang untuk menurunkan jangkar ditengah laut.

Menurut cerita masyarakat Rajegwesi, dulu Jepang masuk ke daerah tersebut dengan membawa pekerja pribumi dari Yogyakarta dan sekitarnya. Mereka itulah yang bekerja menancapkan Rajegwesi di mulut teluk. Tiap pekerja diberi kompensasi tanah dan berhak bermukim atas pengawasan Jepang. Tapi saat ini jangan berharap Anda akan menemukan Rajegwesinya, karena sudah habis diambili orang..


Pantai Rajegwesi merupakan penghubung Pantai Sukamade dan Pantai Teluk Hijau karena letaknya diantara kedua pantai tersebut.Pantai ini dikelilingi hutan tropis yang masih hijau dan asri.

Selain keindahan alamnya yang eksotis  dan terletak di kawasan Taman Nasional Meru Betiri pantai ini juga menghadirkan beberapa atraksi wisata budaya berupa wisata agro dan aktivitas masyarakat berupa cara pembuatan gula jawa (nderes) mulai dari pengambilan air kelapa sampai proses pembuatan gulanya.
Tempat pembuatan gula Jawa di Rajegwesi.
Para pekerja pembuat gula diantara kebulan asap yang pekat.
Aktivitas nelayan dan adanya perayaan petik laut bisa menjadi daya tarik tersendiri untuk wisatawan Biasanya aktifitas di pantai ini meningkat saat Hari Lebaran. Selain dimanfaatkan sebagai tempat wisata, pantai ini juga menjadi sentra perdagangan ikan bagi desa-desa di sekitar pantai.

Di bulan tertentu, biasanya Suro, diadakaan tradisi petik laut dengan melarung kepala kambing ke tengah laut.

Nelayan yang tinggal disekitar pesisir Rajegwesi adalah nelayan tradisional yang sangat menjaga keseimbangan alam, seperti cara mereka menangkap ikan yang hanya dilakukan dengan cara memancing atau menggunakan jala kecil. Hal diatas terkait dengan kepercayaan penduduk pada penguasa pantai selatan ‘Nyi Roro Kidul’. Wujud kepatuhan mereka adalah selalu dilaksanakannya upacara adat pada Jumat Legi (kalender Jawa).

Acara yang digelar dimaksudkan untuk keselamatan dan kelancaran bagi para nelayan selama melaut berikut harapan supaya hasil tangkapan ikan tetap melimpah

Keindahan Pantai Rajekwesi

Pantai Rajegwesi dilihat dari kejauhan.
Keindahan Pantai Rajegwesi Banyuwangi dilihat dari udara.

HABITAT PENYU LANGKA
Sama seperti Pantai Sukamade, Rajegwesi menjadi bagian dari habitat penyu di Taman Nasional Meru Betiri. Di sini kita bisa melihat penyu langka bertelur, di antaranya penyu hijau (Chelonia mydas), penyu sisik(Eretmochelys imbricata), penyu slengkrah (Lepidochelys olivacea), dan penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Pada waktu-waktu tertentu tukik atau anak penyu yang sebelumnya telah ditangkarkan, dilepas di pantai ini untuk tumbuh dan berkembang.

Sebelumnya, penyu-penyu itu ditangkarkan di pusat penangkaran penyu pantai Sukamade atau Ketapang, Banyuwangi. Pada musim-musim tertentu, wisatawan dari dalam negeri dan mancanegara datang khusus untuk melihat penyu bertelur atau melepas tukik di pantai,
Pelepasan tukik di Pantai Rajekwesi.
Warga setempat seperti nelayan pun memberi ruang pada fauna langka ini. Mereka hanya menambatkan perahu di sisi barat pantai, adapun di sisi timur dibiarkan kosong dan menjadi habitat hewan-hewan seperti penyu, dan hewan laut lainnya.


RUTE MENUJU PANTAI RAJEGWESI

Obyek wisata Rajegwesi dapat dijangkau melalui rute yaitu :
Jember/Banyuwangi – Jajag – Pesanggaran - Sarongan – Rajegwesi

Jalur tersebut dapat dilewati wisatawan dengan kendaraan roda empat
- Jember ke Jajag 84 km / 2 jam
- Banyuwangi ke Jajag 65 km / 1 jam
- Jajag ke Rajegwesi 40 km / 2 jam

Sampai di Sarongan jalan yang dilalui relatif mulus. Namun selepas Sarongan medan jalan mulai menantang. Anda harus menempuh medan yang naik turun, berkelok dan jalanan setapak dengan tekstur jalan bergelombang, berbatu dan sebagian tidak beraspal. Tapi inilah kelebihan yang ditawarkan pantai ini, Anda bukan hanya akan menikmati keindahan pantainya tetapi juga ada unsur petualangannya. Dan di sepanjang perjalanan Anda akan disuguhi panorama pedesaan yang akan memanjakan mata yang menikmatinya.

Bersiaplah untuk memasuki wilayah perkebunan yang luas, mulai dari perkebunan jati, sengon, coklat hingga karet akan menjadi pemandangan di kanan kiri jalan yang Anda lalui. Perkebunan ini dikelola oleh PTP XII Sungai Lembu.

Setelah melewati wilayah perkebunan dengan pepohonannya, pemandangan sekitar berubah menjadi rumput ilalang, maka terhamparlah sebuah pantai yang eksotis mempesona. Inilah Pantai Rajekwesi.

Tidak sulit menemukan lokasi pantai ini, karena pantai ini tepat berada di pinggir jalan yang sering dilewati oleh mobil. Dari jalan sudah terlihat pantainya dan terdengar jelas deburan ombak yang tercipta di pantai Rajegwesi ini.  




TAMAN NASIONAL MERU BETIRI, SURGANYA FLORA DAN FAUNA LANGKA

Taman Nasional Meru Betiri
Taman Nasional Meru Betiri Taman nasional Meru Betiri mungkin  kalah populer dibandingkan taman nasional lainnya. Padahal taman nasional yang terletak di pantai selatan Jawa Timur ini, menyimpan keindahan alam dan kekayaan flora dan fauna yang luar biasa.
Pintu masuk Taman Nasional Meru Betiri
Pintu masuk Taman Nasional Merubetiri wilayah timur (Banyuwangi)
Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) yang mempunyai luas wilayah kurang lebih 580 km2, secara administratif  masuk dalam dua kabupaten, yaitu Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Jember. Namanya diambil dari gunung tertinggi yang terdapat di dalamnya, yaitu Gunung Meru yang memiliki ketinggian 500 mdlp dan Gunung Betiri (1.223 m).

Taman Nasional Meru Betiri, Banyuwangi, Jawa Timur.
Pintu masuk Merubetiri wilayah barat (Jember)
Di sinilah wisatawan dapat menemukan berbagai tanaman langka, seperti bunga Raflesia Zollingeriona, Balanphora Fungosa, bakau, api-api, waru, nyamplung, rengas, dan beberapa jenis tumbuhan obat-obatan. Tak hanya tumbuhan, Anda dapat bertemu berbagai satwa liar yang eksotis, seperti kumbang hitam, kera ekor panjang, ajag, penyu, dan lekang. Satwa langka lain seperti banteng dan rusa itu juga berhabitat di hutan tropis dataran rendah dan berbagi dengan landak, tenggiling, dan kucing hutan. Kabarnya juga masih terdapat sisa-sisa harimau Jawa. Selain itu juga bisa disaksikan banteng, macan tutul, kijang, dan berbagai jenis monyet. Dari jenis burung terdapat burung merak, berbagai elang dan rangkong.

Penyu merupakan satwa khas Meru Betiri. Di sini jenis penyu langka seperti penyu hijau (Chelonia mydas), penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu lekang (Lepidochelys olivacea), dan penyu sisik (Eretmochelys imbricata) ditangkarkan di Pantai Sukamade, ujung timur Meru Betiri.

Kawasan ini dilestarikan dalam bentuk kawasan lindung sejak 1972. Hingga tahun 1979 telur penyu di Sukamade masih diburu oleh para pengumpulnya. Namun, sekarang pengumpulan, pemindahan anakan, dan penangkapan penyu dilarang keras, karena Penyu hijau termasuk satwa yang dilindungi.
Jauh sebelum masa sekarang, kekayaan satwa dan hutan alam Meru Betiri ini lebih dahulu memikat hati Pemerintah Belanda. Berdasarkan data sejarah TNMB, Belanda sudah menjadikan Meru Betiri sebagai kawasan yang wajib dilestarikan pada 1929. Pertimbangannya agar ekosistem hutan dan kekayaan alam di dalam hutan seluas 58.000 hektar tersebut terjaga. Termasuk kekayaan yang menjadi harta karun zaman itu dan juga zaman-zaman sesudahnya.

Meru Betiri juga menjadi pusat penelitian tanaman obat. Dari 518 jenis tumbuhan yang berhasil diinventarisasi TNMB, sebanyak 239 jenis di antaranya merupakan tanaman obat. Kekayaan biota Meru Betiri pernah diinventarisasi oleh Ahli biologi Universitas Jember, Harry Sulistyowati.  Ia meneliti tumbuhan di lima blok wilayah Bandealit yang terletak di Meru Betiri bagian barat.

Hasil inventarisasi selama dua tahun itu menunjukkan, 75 persen tumbuhan di lima blok Meru Betiri adalah tumbuhan obat, beberapa bahkan langka.Tanaman endemis hutan Meru Betiri, yakni cabai jawa (Piper retrofractum vahl), adalah contoh tumbuhan obat langka itu. Berdasarkan penelitian yang dibukukan oleh TNMB, tanaman perdu ini digunakan sebagai pengobatan pasca-melahirkan dan diare.

Selain cabai hijau, masih banyak lagi jenis yang teridentifikasi sebagai tanaman obat. Di antaranya Pollia sp herba, yang bisa digunakan sebagai obat penyakit jantung; Vernonia cinerea atau sawi langit, yang bisa digunakan untuk mengobati kanker kelenjar getah bening; dan Lunasia amara Blanco atau sanrego, yang bisa dipakai sebagai aprodisiak.

Kebun Karet Di Balik Hutan
Kekayaan Meru Betiri ternyata tak hanya cabai jawa atau penyu belimbing. Di balik lebatnya hutan Meru Betiri tersembunyi hamparan perkebunan karet tua peninggalan Belanda lengkap dengan perkampungannya.

Sebelum ditetapkan sebagai kawasan lindung, Meru Betiri memang telah dibuka oleh Belanda sebagai salah satu lokasi perkebunan baru. Para pekerja perkebunan berasal dari Madura dan kawasan lain untuk mengelola perkebunan karet, kopi, dan kakao. Pabrik pengolahan karet pun dibuka untuk mengolah langsung hasil perkebunan.

Produk perkebunan Meru Betiri selama itu turut meramaikan pasar Eropa.
Sisa kejayaan perkebunan Belanda itu masih terlacak meskipun perkebunan tak seluas dulu lagi. Luasan perkebunan menurut Manajer Produksi dan Tata Usaha di Perkebunan Sukamade Baru, Sulaiman, telah berkurang dari 1.000 hektar menjadi 600 hektar. Sekitar 400 hektar tidak bisa ditanami lagi karena perubahan alam, seperti tergerus sungai.

Pabrik karet pada abad ke-19 pun masih beroperasi. Warga yang dahulu bekerja di perkebunan, secara turun-temurun, mewariskan pekerjaan itu kepada anak cucu mereka. 

TEMPAT WISATA DI TAMAN NASIONAL MERU BETIRI
Taman Nasional Meru Betiri menawarkan beberapa tempat indah yang bisa di kunjungi, seperti Pantai Rajegwesi, Pantai Batu, Teluk Hijau, dan tentu saja Pantai Sukamade. Selain itu, Anda juga bisa melihat Goa Jepang, Bunga Raflesia, dan sebagainya. 


Di sepanjang jalan dengan jalur trek yang menantang, Anda  akan menikmati pemandangan yang indah. Pohon kluwak, ketapang, asem, dan pepohonan lain sebesar rentangan tangan berpadu dengan perdu dan lilitan rotan jawa menghiasi selama perjalanan menyusuri Taman Nasional Meru Betiri. Sesekali gerombolan monyet ekor panjang terlihat bergelantungan di pepohonan mencari makan di pohon cermai. Anda juga dapat melihat kehidupan pluralis diantara warga setempat, dimana masjid, gereja, vihara, dan pura berjajar bahkan saling berdampingan atau juga yang bersebarangan jalan.

Perjalanan menuju Sukamade juga sangat disayangkan jika Anda lewatkan begitu saja. Bagi yang tidak puas dengan petualangan menyaksikan penyu bertelur dapat melakukan kegiatan lain, seperti menjelajah hutan di seputar Bandealit dan Gunung Gendong. Juga bisa panjat tebing dan meniti tali turun tebing di tebing pantai Bandealit.

Obyek wisata lain yang ada di pantai sukamade adalah Hutan mangrove yang terletak di muara timur pantai Sukamade. Sungainya dapat dipakai untuk berkano sambil melakukan pengamatan burung. Burung-burung tersebut diantaranya burung Roko-Roko, Elang laut, Dara Laut dan masih banyak lagi burung burung yang dapat diamati. Pengamatan burung tersebut biasanya dilakukan sambil menunggu matahari terbenam.

Jika Anda berniat untuk bermalam, beberapa pondok penginapan tersedia di sekitar kawasan wisata ini, sehingga jangan khawatir jika ingin menghabiskan waktu seharian penuh di kawasan Sukamade. Fasilitas yang terdapat di lokasi ini antara lain: Pondok Wisata, Camping Ground yang dilengkapi dengan pendopo untuk ruang pertemuan, Shelter, jalan trail wisata, information centre, laboratorium dan pondok kerja.

Puas dengan keindahan taman nasional dan nuansa pantai yang menenangkan, lanjutkanlah perjalanan Anda ke Sumbersari. Di sini Anda dapat menemukan padang rumput yang luas. Rusa dan kijang dapat ditemukan berlarian, sehingga Anda dapat mempelajari tingkah laku satwa liar tersebut.



BANDEALIT
Untuk menuju Bandealit lebih mudah dicapai dari arah wilayah barat Taman Nasional Meru Betiri. Untuk mencapai lokasi wisata Pantai Bandealit dari arah Jember, Anda dapat melalui rute Jember-Tempurejo/Ambulu-Andongrejo-Bandealit dengan menggunakan kendaraan bermotor baik mobil atau motor. Jember-Tempurejo/Ambulu jaraknya sekitar 25 km atau kurang lebih 1 jam perjalanan. Selanjutnya menuju Andongrejo sejauh 20 km dengan waktu sekitar 30 menit. Terakhir menuju Bandealit jaraknya sekitar 14 km atau sekitar 1 jam perjalanan.

Pintu gerbang Andengrejo merupakan satu-satunya akses masuk menuju Bandealit. Di pintu gerbang ini, Anda harus membayar tiket masuk dan memperoleh informasi lengkap tentang taman nasional ini. Sepanjang perjalanan menuju Bandealit, Anda dapat melihat atraksi-atraksi seperti budeng yaitu monyet semacam lutung. Pohon Aren yang menguraikan buahnya sungguh memesona untuk pecinta alam atau fotografer. Saat Anda mencapai pintu gerbang Bandealit yang jaraknya sekitar 14 km dari pintu gerbang Andongrejo, Anda wajib melaporkan ke kantor setempat. Sekitar 500 sebelum pantai terdapat Resort Bandealit milik Taman Nasional Meru Betiri.


Resort Bandealit, Taman Nasional Meru Betiri.
Resort Bandealit
Pantai Bandealit memiliki pantai yang bersih dan masih terjaga kealamiannya. Ini merupakan potensi yang biasanya menjadi nilai plus tersendiri  bagi wisatawan. Dengan kondisi ombaknya yang tidak terlalu besar, Pantai Bandealit sering digunakan sebagai tempat melakukan olahraga air seperti bodysurfing, jet skiing, surfing, berkano dan tentu saja memancing. Apabila Anda ingin langsung menikmati ikan bakar segar tanpa harus repot-repot memancing terlebih dahulu, maka Anda bisa membeli ikan-ikan segar tersebut kepada nelayan yang berada di Pantai Bandealit. 


Keindahan pantai Bandealit, Taman Nasional Merubetiri, Jember-Banyuwangi.
Pantai Bandealit
Bandealit, Taman Nasional Meru Betiri
Pantai Bandealit, Meru Betiri.
Pantai Bandealit dengan latar belakang hutan Meru Betiri

Obyek wisata lain yang dapat Anda temukan di wilayah Bandealit, diantaranya adalah :

Gunung Sodung, yaitu bukit karang kecil setinggi 100 m yang sering dipakai oleh mereka dalam kegiatan olah raga panjat tebing itu, disebut Gunung Sodung. Di Puncak bukitnya terdapat menara yang dimanfaatkan untuk mengamati pemandangan disekelilingnya.
Tebing karang di Bandealit.
Goa Jepang. Pada sisi sebuah tebing di barat pantai Bandealit, terdapat sebuah peninggalan perang kemerdekaan. Tentara Jepang membuat bungker yang juga merupakan tempat pengintaian kearah laut, dan oleh penduduk sekitar peninggalan tersebut di sebut dengan nama gua jepang. Goa Jepang ini letaknya berada di ketinggian 200 m. Didepan goa terdapat tumpukan batu yang merupakan benteng perlindungan tentara Jepang bila ada perlawanan dari musuh yang akan berlabuh di pantai Bandealit. Perjalanan menuju bungker sekitar 2 jam dengan berjalan kaki.
Goa Jepang di Bandealit
Muara Timur. Kegiatan yang dapat dilakukan di muara timur seperti berkano menelusuri muara, berenang, belajar selancar angin, dan belajar berlayar.




Selain itu ada juga atraksi wisata yang dapat dinikmati antara lain penangkaran rusa timor. Tepat di depan kandang rusa timor terdapat green house anggrek. Banyak koleksi bunga anggrek yang ada di Taman Nasional Meru Betiri dipamerkan di green house ini. Bagi pecinta bunga anggrek pasti akan menyukai tempat ini, karena banyak bunga anggrek langka yang tidak ditemui di tempat lain ada disini.
Penangkaran Rusa Timor Merubetiri
Green house anggrek di Bandealit.
Temukan juga kijang, bunga Rafflesia, dan pabrik kopi peninggalan Belanda yang sekarang dimiliki oleh PT Bandealit, kebun karet, serta masyarakatnya yang sedang memanen getah karet, kebun sayuran, pohon nyiur yang berjajar rapih.

Anda juga akan menjumpai Perkebunan Bandealit, yang letaknya dekat dengan Pantai Bandealit dan mempekerjakan ratusan buruh, yang menghasilkan komiditi utama antara lain berupa kopi, kako, kelapa dan durian. Secara keseluruhan terdapat enam perkebunan di Taman Nasional Meru Betiri dengan luas lahan sekitar 2 ribu hektar.

Di Desa Andongrejo dan Curahnongko yang merupakan desa-desa yang berbatasan dengan kawasan TN Meru Betiri, terdapat kelompok TOGA yang mengolah tumbuhan obat menjadi produk jamu tradisional. Di Desa Andongrejo (zona rehabilitasi) terdapat demplot agroforestry seluas 7 Ha dengan tanaman pakem, kedawung, kemiri, trembesi dan lain-lain. Demplot tersebut dibangun oleh kelompok binaan Konsorsium FAHUTAN IPB-LATIN. 
Tanaman obat
Di Pantai Bandealit ada banyak fasilitas yang dapat dinikmati oleh para pengunjung. Salah satu yang terkenal adalah fasilitas surfingnya. Selain itu ada juga fasilitas pendukung seperti Bodyboard, Genset, Solar cell, Shelter, Kano, dan Speedboat. Dan tentunya fasilitas wajib berupa Pondok wisata,  Area parkir, MCK, dan Camping ground
Fasilitas kano di Bandealit
Camping ground di Bandealit.
Jika Anda enggan ber-camping, juga tersedia pondok wisata. Penginapan yang berada di tepi pantai itu dikelola oleh pihak Taman Nasional Merubetiri dengan tarif Rp 200.000 per kamar (2012). Penginapan dengan nama Wisma Soneratia itu lokasinya tidak berada di pantai utama, namun berada di sebelah kiri. Jadi sebelum loket parkir kendaraan bermotor yang ada di Pantai Bandealit, itu belok kiri. Kira-kira sekitar 500 meter akan tampak Wisma Soneratia yang lokasinya dikelilingi pohon.

Jika anda mau menginap di wisma ini, harus siap-siap membawa makanan, karena pihak pengelola wisma tidak menyediakan makanan dan minuman. Selain itu listrik juga menyala sampai pukul 11 malam, setelah itu gelap gulita. Namun justru kesan alaminya begitu terasa. Anda bisa menikmati indahnya bintang yang berkelap-kelip di langit.

Penginapan di Bandealit.
Penginapan di Bandealit

BUNGA RAFLESIA



Bunga Raflesia atau bunga bangkai mini (Raflesia Zollingeriana)  ini hanya bisa ditemukan di kawasan hutan Taman Nasional Meru Betiri di Bande Alit, Desa Andongrejo,Kecamatan Tempurejo, tepatnya di Blok Krecek sekitar 8 km dari Pos Andongrejo. Lokasi ini mudah dicapai karena terletak di tepi jalan. Selain itu bunga raflesia juga dapat ditemukan di kawasan Pantai Sukamade, Banyuwangi, Jawa Timur.

Bunga yang juga biasa disebut Padmosariitu hanya tumbuh di kawasan TNMB dengan pohon inang jenis Tetrastigma. Proses penyerbukan bunga dilakukan oleh lalat hijau (Lucilia sp), lalat biru (Protocalliphora sp), lalat abu-abu (Sarcophaga sp), lalat mata hijau (Tabanus sp) dan lalat buah (Drosophila melanogaster).

Selain jenisnya langka, bunga berukuran mini itu memang nampak indah. Sayangnya masa mekarnya tidak terlalu lama, maksimal satu minggu. Bahkan jika mekarnya di musim penghujan, paling lama hanya bertahan empat hari saja. Biasanya bunga itu mulai tumbuh dan mekar pada bulan bulan Mei hingga Oktober.

Jika sedang mekar sempurna diameter bunga raflesia mini ini bisa mencapai 20 hingga 26 sentimeter. Panjang cuping atau knopnya antara 15 dan 18 sentimeter dengan lebar 10-15 sentimeter. Bunga itu berwarna merah bata dengan bintik putih. Lubang diafragmanya berukuran antara 6 dan 8 sentimeter.

Bunga bangkai mini itu selalu menjadi incaran sebagian masyarakat sekitar hutan. Bunganya punya nilai ekonomi tinggi, karena diyakini berguna untuk bahan obat-obatan, seperti kanker, dan obat untuk vagina. Di desa sekitar Hutan Meru Betiri di Bandealit dan Sukamade, banyak pengepul atau penadah bunga Raflesia dan tanaman obat lain untuk dipasok ke perusahaan jamu. Kondisi semacam ini tentu saja sangat disayangkan.

Menurut catatan TNMB, bunga Padmosari ditemukan pertama kali oleh pendiri Perkumpulan Perlindungan Alam Hindia Belanda Sijfert Hendrik Koorders pada 1902 di wilayah Kecamatan Puger, Jember. Namun, saat ini bunga ini hanya dapat dijumpai di kawasan hutan konservasi Meru Betiri. Bunga ini hanya dapat tumbuh pada akar dan batang liana Tetrastigma lanceolarium danTetrastigma papillosum yang berfungsi sebagai inangnya.

Bunga itu terbilang tumbuhan yang unik karena tidak mempunyai akar, batang, dan daun. Satu-satunya ciri tumbuhan yang dimiliki adalah bunga yang menempel pada akar atau batang inangnya. Tumbuhan ini tergolong holoparasit, di mana bunga merupakan satu-satunya organ tumbuhan yang dapat dilihat oleh mata biasa.


JUNGLE TRACKING BANDE-SUKA

Jungle tracking di Taman nasional Meru Betiri
Peta jungle tracking Bande-Suka
Bande-Suka (Bandealit-Sukamade) merupakan jungle tracking Taman Nasional Meru Betiri yang dimulai dari pantai Bandealit dan berakhir di pantai Sukamade kabupaten Banyuwangi. Ini merupakan track favorit kelompok pecinta alam untuk menjelajahi hutan hujan tropis dataran rendah. Panjang track kurang lebih 18 km dan biasa di tempuh berjalan kaki selama 3 hari dengan rute Bandealit – Teluk Meru- Teluk Permisan dan Sukamade. Di samping itu juga ada lintas pendek yang dapat ditempuh yaitu Bandealit – Teluk Meru sepanjang 14 Km dapat ditempuh selama 5 – 6 jam. Di sepanjang perjalanan, wisatawan dapat menikmati pemandangan alam dan panorama pantai di Teluk Meru dan Teluk Permisan yang merupakan tempat istirahat selama melakukan lintas/perjalanan.

Bandealit - Teluk Meru
Tracking Bandealit - Meru merupakan perjalanan awal dalam rangkaian kegiatan Jungle Track Bande-Suka, perjalanan bisa dimulai dari pantai bandealit dengan berjalan kaki atau menggunakan kendaraan roda dua atau empat menuju blok Sumbergadung.


Melintasi jalan setapak yang bervariasi antara jalan datar dan tanjakan selama 1 jam dari Sumbergadung, perhentian pertama pun dilakukan di hamparan batu yang disebut dengan Batuampar, yang merupakan daerah di tepi sungai yang airnya jernih. Di musim hujan, Batuampar berubah menjadi sungai berbatu licin yang alirannya lumayan deras dan agak sulit untuk dilintasi.




Perjalanan Sumbergadung - Patok 21 memerlukan fisik yang cukup baik dimana jalur yang ditempuh adalah jalur yang hampir seluruhnya dengan medan menanjak. Walau demikian dalam perjalannya kita masih bisa melakukan pengamatan flora dan fauna.

Blok Pal 21 merupakan Puncak tertinggi dalam rangkaian perjalanan menuju Pantai Meru, di sekitar blok ini kita bisa mengamati beberapa jenis aves antara lain rangkong julang emas. Setelah perjalanan menuju teluk meru dilalui dengan toporafi yang hampir seluruhnya menurun, sampailah di pantai Meru. 

Pemandangan yang dapat dinikmati antara lain beberapa jenis burung pantai seperti elang laut yang  sedang mencari mangsa di laut dan beberapa jenis vegetasi pantai seperti nyamplung banyak tersebar sepanjang jalur pantai Meru. Setibanya dekat muara tengah kita bisa membuat tenda untuk berkemah. Pantai di teluk ini panjangnya 5 km dan dipotong oleh satu aliran sungai yang harus Anda sebrangi saat menyusuri pantai. Jangan khawatir, air sungai ini cukup dangkal dan berair tenang. Tetapi  pada musim hujan kedalaman muara bisa mencapai 1,5 m. Hal ini membuat kawasan tersebut ditutup bagi pengunjung ketika musim hujan.
Teluk Meru Timur
Ditempat ini wisatawan dapat mengamati burung, memancing dan melihat sunset. Pemandangan pantai yang indah menjadi andalan lokasi ini dan kondisi alamnya yang belum tercemar menciptakan pemandangan mempesona. yang menarik. Aktivitas yang dapat dilakukan pengunjung antara lain : berkemah, memancing, berjemur, dan berenang.

Teluk Meru - Teluk Permisan
Di awali dengan menyeberang muara sungai, kemudian melintasi hutan belantara dengan jalan setapak yang cukup jelas. Sesekali pengunjung akan menjumpai gerombolan burung julang yang terbang dengan suara kepakan sayap yang khas menyerupai helikopter. 

Tibalah di puncak perjalanan yaitu Tumpak Dawung. Dinamai tumpak dawung karena di puncak bukit ini terdapat pohon kedawung yang sangat besar, biasanya tempat ini juga digunakan para pengunjung beristirahat. Tetapi jangan terlena dengan tempat  ini, karena tidak akan menjumpai air di sini. Segeralah turun menuju pantai permisan, karena akan menemukan sungai yang airnya jernih dan segar.


Teluk Permisan, Taman Nasional Meru Betiri.
Pantai Permisan Barat
Teluk Permisan terbagi menjadi dua bagian, Permisan Barat dan Permisan Timur, yang dipisahkan oleh dataran tinggi yang menjorok ke laut. Di kedua teluk ini, pemandangan pasir yang indah serta deburan lembut ombak merupakan pelepas lelah yang sangat menghibur setelah menyusuri daratan hutan yang menanjak dan menurun. Biasanya peserta trans Bande-Suka beristirahat dan bermalam di teluk ini sambil menyantap udang hasil tangkapan nelayan. 

Di pantai permisan barat, deburan ombak yang teratur dan pasir pantai yang bersih memanjakan pengunjung untuk bermain di pantai atau hanya sekedar berjemur. Perjalanan dilanjutkan menuju Permisan Timur di balik bukit, yang ombaknya hampir tidak ada, sehingga merupakan tempat favorit bagi pengunjung untuk berenang atau bahkan snorkeling karena terumbu karangnya masih sangat baik. Potensi ikannya pun sangat melimpah, sering para nelayan bersandar di pantai ini sambil menunggu jaringnya dapat ikan. Selain ikan, potensi kerang lautnya juga sangat melimpah.


Hanya 10 menit dari Permisan, Anda akan menemui air terjun landai yang membuat Anda ingin kembali menceburkan diri walau baru berenang di pantai. 

Pantai Permisan, Taman Nasional Meru Betiri
Pantai Permisan Timur
Air terjun di  dekat pantai Permisan
Camping di pantai Permisan
Permisan-Sukamade
Permisan-Sukamade merupakan jalur traking terakhir dari jungle tracking Bande-Suka yang dapat ditempuh dalam waktu 4-5 jam, menuju ke arah timur melewati medan yang terbilang berat. Berjalan kaki di jalan setapak ini dapat dilakukan sambil menikmati keindahan flora dan fauna yang terdapat disepanjang jalan. Trek selepas Permisan jauh lebih sulit dibanding beberapa trek sebelumnya. Tanjakanya bisa mencapai 75 derajat, hampir tegak berupa tanah liat dengan "tangga" batu.


Keadaan semakin sulit karena di kanan kiri jalan setapak itu juga tumbuh tanaman berduri yang bila tidak hati-hati dapat melukai kulit. Ditambah lagi turunan yang licin tanpa akar pohon yang dapat dimanfaatkan sebagai penahan kaki.

Untuk mencapai Sukamade, setelah sampai di Pondok Muto dan menurun bukit terjal, Anda harus mengambil jalur kanan. Jika ke kiri akan membawa Anda ke Sumbersari. 


RUTE MENUJU TAMAN NASIONAL MERU BETIRI

Akses menuju kawasan Taman Nasional Meru Betiri dapat dicapai melalui 4 jalur jalan darat baik dari Jember maupun dari Banyuwangi yaitu :

Jalur Jember-Ambulu-Curahnongko-Bandealit (Pintu Gerbang ke Meru Betiri bagian Barat) sepanjang 64 km dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1,5-2 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Jalur Jember-Glenmore-Sarongan-Sukamade (Pintu Gerbang ke Meru Betiri bagian Timur) sepanjang 103 km dapat ditempuh dalam waktu 3,5-4 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Jalur Jember-Genteng-Jajag-Pesanggaran-Sarongan-Sukamade sepanjang 109 km dapat ditempuh dalam waktu 3,5 – 4 jam dengan kendaraan roda dua maupun roda empat.

Jalur Banyuwangi-Jajag-Pesanggaran-Sarongan-Sukamade sepanjang 97 Km dapat ditempuh dalam waktu sekitar 4 jam dengan kendaraan bermotor.

Sebaiknya, Anda datang saat musim kemarau, karena jalur menuju tempat ini sangat rentan terhadap banjir saat musim hujan. Selain itu, sebelum berkunjung Anda harus melaporkan diri ke kantor Pengelolaan Taman Nasional setempat.