MISTERI DAN KEINDAHAN WATU DODOL

Patung Gandrung di Pantai Watu Dodol, Banyuwangi.
Bila Anda hendak ke Bali melalui jalur utara Pulau Jawa, sebelum tiba di Banyuwangi Anda akan melewati Watudodol. Letaknya di pinggir pantai, ditandai dengan patung Gandrung, ikon Banyuwangi.

Wisata alam Pantai Watu Dodol berada di wilayah administrasi Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi, letaknya yang berada di perlintasan jalur yang menghubungkan Banyuwangi dan Situbondo membuat obyek wisata ini sangat mudah diakses baik dari arah Situbondo maupun dari arah Banyuwangi kota. Sebuah batu besar di tengah jalan menjadi petunjuk bahwa Anda berada di wilayah Pantai Watu Dodol.

Dari arah Banyuwangi kota ke obyek wisata ini dapat ditempuh dengan jarak 15 kilometer ke arah utara. Atau sekitar kurang lebih 2 kilometer dari pelabuhan ketapang. Pada hari hari libur watu dodol selalu dipadati pengunjung. Karena letaknya yang strategis berada di tepi jalan poros Banyuwangi – Situbondo, tak heran Watu Dodol biasa dijadikan tempat beristirahat sejenak setelah menempuh perjalanan jauh.
Panorama di sekitar Pantai Watu Dodol
Banyak hal menarik yang di Watu Dodol. Selain patung Gandrung dan pantainya yang indah, pulau Bali terlihat dari sini. Anda bisa melihat feri menyeberang dari pelabuhan Ketapang ke Gilimanuk.
Selain menikmati indahnya panorama laut, pengunjung dapat pula mendaki bukit yang letaknya hanya bersebrangan jalan, di bukit ini telah disediakan track untuk dilewati oleh pengunjung. Sesampai di atas bukit, pengunjung dapat melihat panorama selat Bali yang lebih luas dan indah.

Untuk masalah makanan dan minuman, di pantai wisata ini telah tersedia warung-warung yang menyediakan berbagai makanan dan minuman. Selain itu juga terdapat kios-kios souvenir yang menyediakan barang-barang kerajinan berbahan baku dari kerang kerangan dan batu batuan laut.

Jika kita turun ke area bibir pantai, ada sebuah keajaiban. Aneh tapi nyata, di Watu Dodol terdapat sumber air tawar. Ketika air pasang, air laut bisa masuk ke dalam sumber air ini, tapi airnya tetap tidak asin. Air tawar yang keluar dari bebatuan itu konon diyakini khasiatnya dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit, sehingga oleh penduduk sekitar dibuatkan pembatas dari batu dan dibangun seperti sumur. Bagi yang ingin mengambil airnya bisa menggunakan timba.

Bagi masyarakat Bali menjelang hari suci seperti Waisak, selalu memenuhi tempat ini. Selain mengunjungi sumur air tawar, orang Bali khususnya para sopir truk sering berhenti di Watudodol untuk memberikan persembahan di batu ini, seperti kembang, buah-buahan, uang dan sebagainya.

Apabila ingin menikmati keindahan alam bawah laut ataupun menyalurkan hobby memancing, Anda bisa menyewa perahu nelayan. Atau cukup berjalan menyusuri Pantai Watu Dodol bermain atau mandi air laut dan setelahnya bisa menikmati es kelapa muda yang  banyak dijual oleh para pedagang disepanjang  pantai.


Warga memancing di kawasan Pantai Watu Dodol, Kabupaten Banyuwangi, Sabtu (9/3). Kawasan watu dodol dikenal dengan bongkahan batu cadas dari tebing yang menjulang ditengah-tengah jalan raya. 
Keunikan lain yang dapat ditemukan di pantai Watu Dodol ini adalah batu karang yang bentuknya berbeda dengan batu karang kebanyakan. Batu karang di pantai Watu Dodol berwarna hitam mengkilap dan sangat keras. Tumbuhan kaktus juga banyak ditemukan tumbuh di sekitar bebatuan.

Di Pantai Watu Dodol juga terdapat dua bunker (tempat pertahanan sekaligus persembunyian) yang dibangun dan dipakai pada masa pendudukan Jepang (1942 – 1945).








Pada hari-hari tertentu di kawasan pantai watu dodol digelar lomba perahu layar sebagai rangkaian dari upacara petik laut atau pestanya para nelayan sebagai ucapan syukur atas hasil laut yang diperoleh selama setahun.


Ketika air surut anda bisa menuruni tebing yang berada di sebelah timur Watu Dodol, persisnya dibawah patung gandrung yang merupakan maskot sekaligus tarian tradisional yang sering digelar di Banyuwangi.

Di lokasi Patung Gandrung yang selesai dibangun pada akhir 2004 ini Anda tidak akan melewatkan kesempatan untuk berfoto ria.


















Misteri Batu Besar
Bagi Anda yang baru pulang atau pergi ke Bali, sempatkan untuk berhenti sejenak untuk melihat sebuah batu besar yang terletak persis di tengah jalan di Watu Dodol, tak jauh dari patung Gandrung. Batu besar dengan diameter sekitar 15 meter dan tinggi lebih dari 10 meter ini, berwarna gelap dengan tekstur padat dan sangat keras. Konon batu tersebut sudah beberapa kali untuk dipindahkan, digulingkan ataupun dihancurkan dengan berbagai cara seperti ditarik kapal dan diledakkan, akan tetapi semua usaha gagal. Hal inilah yang membuat batu yang berada 15 Km  disebelah utara kota Banyuwangi itu disebut dengan nama ‘watu dodol’ atau batu yang liat dan keras. Namun ada juga versi lain dari asal-usul nama Watu Dodol, yaitu konon dahulu pada waktu ada Raja Bali yang akan melamar putri Blambangan terjadi peperangan. Saat peperangan ini dodol yang dibawa tumpah di pantai ini.


Batu ini menjadi unik karena memiliki sejarah sendiri dan cerita mistik di dalamnya. Daerah ini pernah dijadikan sebagai tempat pertahanan dan perlidungan tentara Jepang ketika Perang Dunia II. Karena dianggap mengganggu, batu yang berdiameter sekitar 10 pelukan orang dewasa ini oleh tentara Jepang pernah hendak dipindahkan. Namun, walau sudah puluhan orang dikerahkan untuk memotong batu tersebut agar bisa digulingkan, tidak membawa hasil. Lalu Jepang memutuskan memindakan batu itu dengan ditarik kapal. Ternyata sang batu tetap saja tak bergeming. Kabarnya malah kapal yang menarik itu tenggelam.

Di samping pesona keindahan dan mistik, Watudodol menyimpan catatan sejarah yang menarik. Watudodol adalah pintu gerbang ke wilayah paling timur pulau Jawa. Bala tentara bisa masuk dari sini menuju ke selatan (Jember) atau ke arah barat (Situbondo).


Tanggal 14 April 1946, Belanda ingin mengadakan percobaan pendararatan di Ketapang, tapi berhasil dihalau oleh tokoh masyarakat Banyuwangi di antaranya Pak Nusahra. Ketika Belanda akan mencoba mendarat di pantai Meneng dan pelabuhan Ketapang, pada 20 Juli 1947, Belanda kembali gagal, karena mendapat perlawanan meriam yang gigih dari pasukan Indonesia di bawah pimpinan Mayor R. Abdul Rifai. Esoknya, Belanda kembali berusaha merebut Watudodol dengan mengerahkan pesawat tempur, tapi kembali terpukul setelah kapal mereka berhasil ditenggelamkan.

TRADISI PUTER KAYUN

Setiap tahun, pada hari ke 10 perayaan Lebaran, warga Desa Boyolangu, Kecamatan Giri, Banyuwangi mengajak seluruh anggota keluarganya berpawai menggunakan dokar yang dihias warna-warni menuju ke Pantai Watu Dodol sejauh 15 km. Warga setempat menyebutnya sebagai tradisi Puter Kayun.

Menurut riwayatnya, pada jaman dulu mayoritas warga Boyolangu berprofesi sebagai kusir dokar, sehingga dokar menjadi kendaraan yang selalu digunakan ketika bepergian, termasuk dalam tradisi Puter Kayun ini. Namun sejalan dengan perkembangan jaman, jumlah dokar semakin sedikit, maka ada warga yang menggunakan sepeda motor atau mobil.


Tradisi Puter Kayun merupakan tradisi turun temurun sebagai ungkapan syukur Lebaran atas rezeki yang telah diberikan Tuhan, serta bertujuan mempererat tali silaturahmi keluarga. Selain itu tradisi Puter Kayun ini juga bermakna sebagai napak tilas dari Mbah Buyut Jakso, yang diyakini sebagai orang pertama membuka jalan dari Boyolangu menuju Pantai Watu Dodol.

Ketika iring-iringan warga dalam tradisi Puter Kayun sampai di Pantai Watu Dodol Banyuwangi, tokoh adat setempat melarung bunga berbagai macam rupa, untuk menghormati para leluhur yang meninggal pada saat membuat jalan sepanjang 15 km dan dilanjutkan dengan memotong tumpeng dan dilanjutkan dengan makan bersama ditepi pantai dan saling bertukar bekal makanan yang mereka bawa dari rumah masing-masing.

Sepanjang hari warga bersuka ria menghabiskan waktu di pantai, naik perahu, bersantai dan sebagian mandi di pantai.

Tips Menuju Wisata Alam Pantai Watu Dodol :

  • Dari Banyuwangi kota menuju pelabuhan Ketapang.
  • Dari pelabuhan Ketapang menuju pantai Watu Dodol sekitar 2 km.
Untuk mencapai kawasan wisata Watu Dodol sangatlah mudah karena posisinya di jalan lintas propinsi; yakni menggunakan bus antar kota jurusan Surabaya-Banyuwangi, atau naik Kereta Api dari Stasiun Gubeng Surabaya menuju Stasiun Banyuwangi Baru kemudian dilanjut dengan kendaraan antar desa colt atau isuzu. Apabila dari arah Bali, setelah dari pelabuhan penyebrangan Meneng – Ketapang jarak ke Watu Dodol sekitar 2 km menggunakan angkutan antar desa atau bus yang menuju arah Situbondo.
Senja di Pantai Watu Dodol

PANTAI PARANG IRENG, PANTAI TIGA WARNA

Pantai Parang Ireng
Kalau pantai pada umumnya berpasir putih atau agak kecoklatan, maka pantai yang satu ini memiliki tiga warna. Pantai Parang Irengnamanya. Pantai ini terlihat berwarna hitam, hijau dan putih. Warna hitam berasal dari bebatuan yang luas, hijau dari lumut-lumut di bebatuannya, dan putih dari pasir pantainya. Ajaib memang!

Pantai Parang Ireng  ini termasuk salah satu  dari deretan pantai cantik yang berada di dalam kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi. Dinamakan Pantai Parang Ireng, konon karena di kawasan ini terdapat batu karang berwarna hitam yang merupakan karang mati. Pantai ini letaknya sebelum Pantai Plengkung, sekitar 2 km atau 15 menit perjalanan dari Pantai Plengkung. Pantai Parang Ireng termasuk pantai yang masih perawan, karena masih jarang dikunjungi turis mancanegara maupun wisatawan lokal. Sehingga berada di pantai ini kita serasa berada di pantai pribadi. Tidak aneh banyak binatang liar berdatangan ke pantai ini. Anda akan banyak melihat jejak kaki rusa atau kera yang datang ke tepian laut dimana terdapat air tawar mengalir menuju laut!

Pasir gotri yang membuat kaki anda ambles ketika
menginjaknya.
Pantai ini memanjang dengan kontur pasir putih kecoklatan yang berupa bulir bulat, seperti merica atau gotri. Ketika diinjak, maka kaki kita bisa ambles ke dalam pasir!










Berjalan di hamparan pasir gotri sangat menguras tenaga.

Namun pesona Parang Ireng bukan hanya pada pasir gotrinya. Tolehkan pandangan ke kanan saat memasuki  Pantai Parang Ireng. Struktur batuan hitam bagaikan lava hitam yang membeku menghiasi pesisir, kontras dengan pasir pantai, lengkap dengan lumut hijau yang tumbuh di bebatuan, seolah kita berada di bagian dunia lain.

Hati-hati ketika melengkah di atas bebatuan hitam itu, karena teksturnya kasar dan sakit bila ditapaki dengan kaki telanjang. Pada bebatuan yang digenangi air laut itu tumbuh lelumutan. Lumut-lumut hijaunya bisa terlihat jelas dengan mata telanjang. Jumlahnya ada banyak dan menjadi pemandangan yang unik. Anda pun bisa menyentuh lumutnya secara langsung. Sementara itu di bagian kirinya, terdapat hamparan pasir putih membentang luas. 

Siapa pun yang melihatnya akan tergoda untuk berjalan menjelajahi pasir pantainya dan bersantai di sana. Keluarkankan kamera Anda, dan bersiaplah mengabadikan momen-momen yang menarik. 

Pantai Pareng Ireng, pantai  dengan paduan 3 warna : hitam, hijau, dan putih.
Bebatuan hitam di pinggir Pantai Parang Ireng.
Di bibir pantainya banyak terdapat lumut hijau yang digenangi oleh air laut. Hati-hati saat menginjakkan kaki di atasnya, Anda bisa jatuh terpeleset karena licin. Jika diperhatikan, lumut-lumut hijau tersebut bak permadani raksasa di bibir Pantai Pareng Ireng.


Eksotisme Pantai Pareng Ireng.


Layangkan pandangan Anda ke sisi kiri. Anda akan melihat bentangan pasir putih landai yang luas. Nikmati dan rasanya suasananya. Anda bebas berjalanan-jalan menyusurinya dan tentu saja berfotoria di sana. 
Bentangan pasir  gotri di Pantai Parang Ireng.

Satu lagi yang unik di Pantai Parang Ireng, Anda akan melihat jejak binatang di atas pasir pantainya. Jika Anda beruntung Anda akan dapat melihat jejak kaki entah rusak, monyet atau bahkan mungkin harimau!





Tidak ada penanda atau papan penunjuk bertuliskan Pantai Parang Ireng. Hanya masyarakat sekitar Taman Nasional Alas Purwo yang mengetahui lokasi pantai ini. Jadi sebaiknya Anda bertanya terlebih dahulu pada masyarakat setempat atau menyewa pemandu wisata untuk sampai di pantai Parang Ireng. Anda bisa memarkirkan kendaraan di tepi jalan, lalu mulai menyusuri semak belukar untuk tiba di pantainya. Tidak ada yang menyangka, ternyata di balik semak belukar ini tersembunyi pantai dengan pemandangan eksotis. Anda akan terpesona dengan pemandangan di depan mata, berupa hamparan pasir putih dan laut biru terbenteng luas.

Bagi Anda yang akan mengunjungi Pantai Parang Ireng disarankan membawa bekal makanan dan minuman dari rumah. Sebab di sekitar pantainya belum ada warung yang menyediakan makanan. Lingkungan sekitarnya hanya semak belukar dan hutan yang lebat.

Jangan buang sampah sembarangan, jaga pantainya yang masih asri dan perawan.